Semua Bab Terpaksa Menjadi Istri Pengganti: Bab 21 - Bab 30

--Happy Reading--Di dalam mobil.Aku hanya berdiam diri, sambil menikmati jalanan yang aku lewati lewat kaca jendela mobil. Alunan music, memecah kesunyian dalam suasana mobil. Sesekali, bibir ini sangat gatal ingin mengikuti lirik demi lirik yang sedang dibawakan. Namun, aku takut mengganggu kenyamanan mas Adam.“Nona Anna,” panggil asisten Bisma, yang menatapku lewat kaca spionnya.“Ya,” sahutku, mengalihkan tatapanku dari jendela mobil.“Tadi pagi, Pak supir ke tempat kostnya, Nona. Katanya, semua barang-barang Nona sudah beres dan tidak ada yang tertinggal satu barang pun.”“Ya, terima kasih, Asisten Bisma.”“Sama-sama, Nona. Jangan lupa, dihabiskan bekal sarapannya! Saya tidak mau, Nona Anna sakit.”“Baik, Asisten Bisma. Saya pasti akan menghabiskannya.”“CK, anak TK!” dengkus mas Adam menyunggingkan bibirnya mengejek. Mungkin, menurut pemikiran mas Adam, kalau aku ini seperti anak-anak yang masih sekolah TK, karena membawa bekal sarapa

--Happy Reading--POV Annaya Ahmad.Aku menunggu di gerbang kampus dengan gelisah. Awan di langit, sudah nampak mendung. Asisten Bisma tidak kunjung datang.“Hey… Cantik. Kamu, belum pulang?” tanya Satria yang baru saja ke luar dari dalam kampus dan berhenti tepat di depanku, sambil membuka kaca helmnya.Ya, Satria adalah sosok laki-laki yang mudah bergaul, ramah dan disukai para kaum Hawa di kampus. Di hari pertamanya masuk saja, langsung mempunyai penggemar alias fans, apalagi hari-hari berikutnya, nggak bisa kebayang.Aku menggeleng lemah, dengan tersenyum getir sambil menggigit bibir bawahku. “Belum,” ucapku lirih.“Mau pulang bareng?” tanyanya lagi, sambil memindai wajahku.Aku menggeleng kembali. “Nggak, terima kasih.”JEGERR…!Suara petir di langit, saling menyambar dan sahut menyahut. Kilatan menyala, membuat diriku sedikit takut. Untuk mengurangi rasa takutku, aku pun menutup telingaku dengan kedua tanganku.“Sepertinya mau hujan, Ann

--Happy Reading--“Anna…” panggil Satria sambil menjentikkan jemari tangannya di depan wajahku.“Eeh.. iya,” sahutku sedikit terkejut.“Kenapa melamun? Katanya mau menjenguk Asisten majikan kamu?” tanya Satria, membuatku semakin panik dan gugup.“I-itu.. a-anu..” ucapku tergagap, kala ekor mataku melirik ke arah mas Adam yang masih bergeming dengan tatapan tajamnya.Ya Allah, ini kah namanya seperti memakan buah simala kama? Aku yang berbohong, aku pula yang memakan kebohonganku sendiri. Aku terpaksa berbohong juga, karena mas Adam sudah menulisnya dalam surat perjanjian, jika tidak boleh ada yang tahu kalau aku ini istrinya mas Adam, termasuk teman-teman di kampusku.Ah, kenapa aku harus takut? Itu kan salah satu point yang tertulis dalam surat perjanjiannya. Jadi, aku tidak perlu takut, bukan? Lagipula, itu salah satu point yang menguntungkanku. Siapa juga yang mau, kalau teman-temanku tahu aku ini sudah berstatus seorang istri? Aku juga bakalan malu seteng

--Happy Reading--Tiga hari telah berlalu, aku dan mas Adam saling bergantian menjenguk asisten Bisma di rumah sakit. Setiap pulang dari kampus, aku selalu menyempatkan diri untuk menjenguk asisten Bisma di rumah sakit. Disaat jam lima sore, mas Adam akan datang menemui asisten Bisma dan pulang menjelang isya bersamaku ke Mansion.Banyak dari rekan kerja asisten Bisma yang menjenguk, untuk melihat kondisinya. Rupanya, sangat banyak sekali dari mereka yang begitu perduli dan prihatin. Mungkin, karena asisten Bisma orang yang baik dan ramah, sehingga banyak teman yang menyukainya.Aku sedikit menjaga jarak dengan Satria selama di kampus, karena mas Adam selalu mengantarku ke kampus dan pak supir suruhan mas Adam selalu menjemputku tepat waktu ketika mata kuliahku selesai.Tidak ada cela dan kesempatan sedikit pun untuk Satria mendekatiku atau pun mengantarku pulang. Sungguh, mas Adam sangat keterlaluan, membatasiku bergaul dengan semua orang terutama laki-laki. Terlebi

--Happy Reading--Drrrt….Kriiing…Bunyi ponsel mas Adam memekik kencang, yang berada di saku bajunya.Sontak, aku dan mas Adam tersadar dari posisi yang cukup meresahkan. Segera aku beringsut bangkit dari atas tubuh mas Adam dan memperbaiki pakaianku yang sedikit kusut.Ah, wajahku sudah dipastikan bersemu merah, ketika sadar atas apa yang baru saja terjadi. Bibir Mas Adam benar-benar hampir menempel dengan bibirku.Mas Adam tersenyum lebar, kala membaca nama pemanggil di layar ponselnya.“Hallo, sayang!” Terdengar nama panggilan yang membuat hatiku sedikit timbul rasa perih. Aku yakin, yang sedang menelpon mas Adam adalah Kirana, kekasihnya yang tidak pernah bisa mas Adam lepaskan.Aku sadar, hanya sekedar istri yang tidak diinginkan dan istri yang tidak pernah dianggap selama ini. Untuk apa mengharapkan sesuatu hal yang mustahil terjadi, ingin dicintai oleh suami sendiri. Lebih baik focus kuliah, dari pada sakit hati yang diterima.Aku har