Aku menelan ludah, berusaha menenangkan diri saat berhadapan dengan Pak Sudiro dan dua anak buahnya yang berdiri tegap di belakangnya. Tatapan tajam pria tua itu menusuk, penuh keyakinan bahwa ibu tiriku, Ratna, ada di dalam rumah."Aku ingin bertemu Ratna," katanya dengan nada dingin, tetapi mengandung ancaman terselubung.Aku menggeleng, berusaha tetap tenang. "Ibu tidak ada di rumah, Pak. Beliau keluar tadi."Pak Sudiro menyipitkan mata, lalu tersenyum tipis. "Oh ya? Keluar ke mana?"Aku terdiam. Aku tidak punya jawaban. Yang pasti, aku tahu ibu ada di dalam, gemetar ketakutan di balik pintu kamarnya."Sudahlah, Nak Jingga. Jangan bohong padaku." Ia melangkah ke dalam tanpa menunggu izin. Aku menghalangi jalannya, tetapi salah satu anak buahnya bergerak cepat, mencengkeram bahuku dan mendorongku ke samping.Aku tersentak, tetapi tetap berdiri tegak. "Pak, ini rumah kami! Bapak tidak bisa masuk seenaknya!"Pak Sudiro terkekeh. "Kenapa tidak bisa? Rumah ini sebentar lagi jadi milikku
Last Updated : 2025-07-08 Read more