Share

Bab 013

Author: Syahfa Thea
last update Huling Na-update: 2025-07-08 15:31:51

Aku menelan ludah, berusaha menenangkan diri saat berhadapan dengan Pak Sudiro dan dua anak buahnya yang berdiri tegap di belakangnya. Tatapan tajam pria tua itu menusuk, penuh keyakinan bahwa ibu tiriku, Ratna, ada di dalam rumah.

"Aku ingin bertemu Ratna," katanya dengan nada dingin, tetapi mengandung ancaman terselubung.

Aku menggeleng, berusaha tetap tenang. "Ibu tidak ada di rumah, Pak. Beliau keluar tadi."

Pak Sudiro menyipitkan mata, lalu tersenyum tipis. "Oh ya? Keluar ke mana?"

Aku terdiam. Aku tidak punya jawaban. Yang pasti, aku tahu ibu ada di dalam, gemetar ketakutan di balik pintu kamarnya.

"Sudahlah, Nak Jingga. Jangan bohong padaku." Ia melangkah ke dalam tanpa menunggu izin. Aku menghalangi jalannya, tetapi salah satu anak buahnya bergerak cepat, mencengkeram bahuku dan mendorongku ke samping.

Aku tersentak, tetapi tetap berdiri tegak. "Pak, ini rumah kami! Bapak tidak bisa masuk seenaknya!"

Pak Sudiro terkekeh. "Kenapa tidak bisa? Rumah ini sebentar lagi jadi milikku
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 33

    Ternyata keberuntungan haru ini belum selesai. Setelah kenaikan jabatan yang kuterima. Juga makan malam di restoran mewah dengan diskon 90%. Ternyata aku mendapat lagi keberuntungan lainnya. Itu terbukti saat aku keluar dari restoran. Udara malam terasa sejuk saat aku dan Putra berjalan di sepanjang trotoar yang berjejer toko-toko besar dengan etalase yang memancarkan kilauan lampu. Restoran tempat kami makan malam tadi masih terlihat dari kejauhan.Di antara deretan toko, mataku tertuju pada sebuah butik mewah dengan etalase yang menampilkan gaun cantik karya perancang busana terkenal. Gaun itu tampak begitu anggun—berwarna emas berkilauan dengan detail bordir yang rumit di bagian atas. Patung manekin yang memakainya berdiri dengan aura elegan, seolah memamerkan gaun itu pada siapa saja yang melewatinya.Aku terhenti, terpaku menatap gaun itu. Ada keinginan besar dalam hatiku untuk memilikinya, meski aku tahu harga gaun tersebut pasti tak terjangkau.Melihatku terpesona, Putra terse

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 32

    Sore yang hangat menjelang malam, suasana di kantor mulai lengang. Para karyawan keluar satu per satu, membawa lelah setelah seharian bekerja. Aku dan Alin melangkah menuju pintu keluar bersama. Hari ini tanggal gajian, momen yang selalu dinanti setiap bulan. Dengan amplop gaji di tangan, aku merasa bahagia. Rencanaku sudah jelas: mentraktir Putra, suamiku, makan malam spesial karena hari ini ulang tahunnya."Aku pulang duluan ya, Jingga. Selamat merayakan ulang tahun suamimu," ujar Alin sambil tersenyum. Tadi aku memang sempat bercerita tentang rencana ini.Aku mengangguk sambil balas tersenyum. "Iya, Lin. Maaf ya, khusus gajian kali ini aku nggak bisa ikut makan-makan sama kamu. Mungkin lain kali.""Enggak apa-apa, aku mengerti. Hati-hati ya," jawab Alin sebelum masuk ke taksi yang sudah menunggunya.Aku menunggu Putra di trotoar depan kantor, sambil tersenyum kecil. Dalam hati, aku tak sabar ingin berbagi kabar bahagia ini dengannya—kenaikan jabatan yang kudapatkan hari ini. Jabata

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 31

    "Apa!" Aku kaget mendengar ucapan Pak Hendrawan. Apakah aku tidak salah dengar barusan. Apakah benar Pak Hendrawan bilang mengangkat ku sebagai sekretarisnya. "A_apa maksud Bapak?" Lanjutku dengan gugup. Tidak percaya dengan apa yang aku dengar barusan. "Karena mulai besok kamu saya angkat menjadi seorang SEKRETARIS di perusahaan saya." Pak Hendrawan kembali mengulang ucapannya tadi. Wajahnya yang tadi datar dan dingin, tiba-tiba tersenyum padaku. Aku membeku di tempat. Menatap Pak Hendrawan dengan wajah melongo. Benar-benar sulit dipercaya. Kesadaran ku mendadak menghilang. Seperti merasa di alam khayalan. "Ba_bapak tidak salah bicara kan?" Tanyaku sekali lagi dengan tatapan kosong kepadanya. Pak Hendrawan menggeleng. "Tentu saja tidak. Saya benar-benar mengangkat kamu sebagai sekretaris saya," jawab Pak Hendrawan, meyakinkan. Aku diam sejenak dengan mata yang masih menatap kosong beliau. Otakku terus berputar. Antara harus percaya atau tidak dengan apa yang aku dengar. Sementa

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 30

    Apa? Aku dipanggil Pak Hendrawan?Jantungku langsung berdebar. Tidak biasanya seorang CEO memanggil karyawan biasa sepertiku. Ada apa ini? Apakah aku melakukan kesalahan?"Kira-kira kenapa Pak Hendrawan memanggilku?" tanyaku panik pada Yani.Yani hanya mengangkat bahu dengan tatapan sinis. "Mana aku tahu? Tapi sepertinya ada hubungannya dengan Bu Angela. Karena sebelum ini, dia menghadap Pak Hendrawan.Deg!Jantungku makin berdebar. Apakah Angela benar-benar melaksanakan ancamannya? Apakah hari ini aku akan dipecat?"Ck. Harusnya kamu jangan cari masalah dengan Bu Angela. Ayahnya itu rekan bisnis Pak Hendrawan, jadi hubungan mereka dekat," celetuk Yani.Aku masih diam, sementara Yani tiba-tiba menatapku dengan seringai mengejek. "Atau ini karena kamu masih sakit hati ditinggal Mas Niko yang lebih memilih Bu Angela daripada kamu?"Mataku membelalak. Kesal. Kenapa dia selalu menyerangku? Dia ini adik tiriku, tapi sejak dulu tidak pernah bersikap seperti saudara. Tinggal di rumah peningg

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 29

    Aku berjalan ke arah lift. Saat memasuki kantor, bayangan Angela dan Niko sudah menghilang. Mungkin sudah naik lift terlebih dahulu. Entahlah. Dengan langkah normal, aku berjalan ke arah lift. Saat pintu lift terbuka, aku langsung memasukinya. Ingin pergi ke lantai empat. Dimana raunganku bersama teman-temanku berada. Sedangkan ruangan Angela ada di lantai enam. Tiba di ruangan ku bersama teman-teman, aku langsung duduk. "Jingga. Kamu baru datang? Tumben kesiangan?" Tanya Alin, tersenyum menyambut ku. Dia merasa heran. Sebab biasanya aku datang jam delapan tepat. Tapi hari ini terlambat lima belas menit. "Sebenarnya aku sudah dari tadi datang kemari. Tapi gara-gara ketemu ulat bulu, aku jadi tertahan di luar," jawabku, ketus. Hatiku mendadak kesal lagi saat mengingat Angela. "Ulat bulu? Siapa yang kamu maksud ulat bulu?" Alin memandang bingung ke arahku. Aku tidak langsung menjawab. Memperhatikan dulu sekeliling. Kemudian mendekatkan kepalaku ke arahnya. Sambil berbisik, aku men

  • Suamiku Bukan Abang Ojol Biasa    Bab 028

    “Huh! Dasar gadis miskin dan kampungan. Punya suami tukang ojek saja sombong. Berani mesra-mesraan di depan umum. Bikin mual saja melihatnya,” suara tajam menyela dari arah samping. Saat aku sedang mencium tangan Putra. Pagi yang semula cerah, mendadak mendung saat mendengar suara tajam itu. Sentuhan Putra yang membuat hatiku tenang, mendadak hancur. Aku segera menoleh."Bu Angela!" Aku menyebut nama pemilik suara tersebut dengan malas. Sudah yakin siapa pemilik suara itu."M_Mas Niko?" Seruku, kaget saat melihat orang berdiri di samping Angela. Keterkejutan langsung hinggap di wajahku. Nafasku mendadak terasa terhenti.Di sana selain Angela, direktur pemasaran baru di kantorku, juga berdiri Mas Niko, mantan tunangan ku. Yang pastinya sedang mengantar kekasihnya yang baru ke kantor. Dia berdiri angkuh. Memandangku dengan tatapan tajam penuh kebencian.Meski aku sudah memiliki Putra sebagai suamiku. Meski aku sudah mulai ada rasa pada Putra. Tetap saja perasaanku pada Mas Niko tidak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status