All Chapters of HASRAT PANAS SANG MAFIA: Chapter 101 - Chapter 110

Sudah waktunya bagi Ava untuk membereskan masalah. Dia telah membiarkan Zane menahannya di kamar mereka, dengan kunjungan singkat ke dapur dan perpustakaan, selama berminggu-minggu.Dia merasa jauh lebih baik, terutama sejak Zane berhenti menganggapnya terlalu lemah untuk berhubungan seks. Ava hampir merasa seperti dirinya yang dulu lagi. Tidak, itu tidak sepenuhnya benar. Dia merasa seperti versi baru yang lebih baik, Ava 2.0. Entah bagaimana, waktunya bersama Johnson memberinya sedikit lebih banyak kepercayaan diri, dan fakta bahwa dia tahu dia memiliki Zane dan Gabriel dalam hidupnya membuatnya merasa aman yang tidak dia rasakan sejak dia masih kecil. Sudah waktunya dia menguji versi barunya ini."Aku ingin bertemu bibi dan pamanku," katanya pada Zane saat mereka sedang sarapan. Ava telah meyakinkannya bahwa mereka harus mulai makan di ruang makan dan bukan di kamar tidur. Dia merasa itu adalah pertanda baik bahwa Zane setuju."Tidak.""Kau bilang itu keputusanku apa yang akan terj

Zane merasa sulit untuk melepaskan Ava saat dia mencoba bangkit dari pangkuannya. Dia masih terkejut dengan beritanya. Dia akan menjadi seorang ayah. Zane dan Ava akan memiliki bayi. Warisannya akan hidup dalam bentuk manusia kecil yang setengah darinya dan setengah dari Ava. Itu luar biasa."Zane, kau harus membiarkanku bangkit sebelum yang lain sampai di sini," Ava memberitahunya dengan suara lembut. Sifat posesifnya berkobar, dan dia menariknya lebih dekat daripada melepaskannya. Dia ingin mendengus 'milikku' tetapi berpikir itu akan sedikit berlebihan, bahkan untuknya. Zane menahan emosinya dan menciumnya sebelum membiarkannya bangkit. Dia berdiri bersamanya dan melingkarkan lengannya di sekelilingnya. Tidak ada kemungkinan dia akan membiarkannya keluar dari pandangannya. Dia mungkin berpikir dia akan puas dengan hanya dua minggu, tetapi dia akan memastikan bahwa bidadarinya dan anak mereka akan aman. Dan tidak ada tempat yang lebih aman daripada di dalam rumah mereka bersamanya

Ava dan Linda duduk di meja sambil berbicara. Mereka sedang menunggu Zane dan Jax yang mendapat panggilan mendesak. Para wanita tidak keberatan. Itu memberi mereka waktu untuk merencanakan strategi tentang bagaimana cara pergi untuk hari perempuan di kota tanpa dikelilingi oleh sekelompok kecil pria.Tepat sebelum ledakan besar Linda dan Jax, para wanita dan Gabriel telah mencoba untuk memiliki hari yang santai, berbelanja, pergi ke museum, dan makan siang. Masing-masing pasangan mereka telah mengirim sekelompok lima pria untuk melindungi mereka.Itu berarti mereka berakhir dengan lima belas pria berbadan besar dan tampak menakutkan yang menatap siapa pun di sekitar mereka. Itu sama sekali bukan hari yang santai. Karena hamil, Ava khawatir jumlah pria yang tampak menakutkan akan bertambah, bukan berkurang. Tapi kali ini, mereka siap untuk berdebat. Zane dan Jax masuk dan mereka berdua tampak tertutup. Ava tahu penampilan itu dengan baik. Sesuatu sedang terjadi yang tidak disukai Zane,

Ava dengan gugup melihat dirinya di cermin besar. Setelan celana putih yang dikenakannya sangat cantik. Garis lehernya rendah hampir sampai ke pusarnya; punggungnya telanjang dengan dua panel renda di setiap sisi, dan celananya terbelah di bagian depan setiap kaki dengan lapisan kain tipis yang terlihat. Ini membuatnya terlihat seperti gabungan antara setelan celana dan gaun. Ia sangat menyukainya. Masalahnya adalah ia mencoba memutuskan apakah itu menunjukkan tonjolan kecil perut bayinya, atau apakah itu terlihat seperti lekuk tubuh normalnya."Aku suka ini padamu, mudah diakses," kata Zane padanya saat ia berjalan dari belakang, melingkarkan lengannya di sekeliling Ava, dan menyelipkan tangan di bawah bagian depan. Ava tersenyum, tetapi mencoba menepis tangan Zane."Apakah terlihat kalau aku hamil?" tanyanya."Tidak, Sayang. Jika iya, aku tidak akan membiarkanmu memakainya. Aku mungkin masih tidak akan mengizinkanmu. Terlalu banyak kulit yang terlihat," desahnya."Masukkan kembali s

"Gabriel?" tanya Ava lembut sambil menariknya ke dalam pelukan."Aku belum menemuinya, aku janji," isak sahabatnya."Tidak apa-apa. Aku percaya padamu.""Tapi dia terus memintaku untuk bertemu, dan dia menceritakan banyak hal padaku dan aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Tapi jika benar, kurasa aku harus melakukan sesuatu," katanya."Apa yang dia katakan padamu?" tanya Ava."Dia bilang bahwa saat kita bersama, dia pergi dalam salah satu perjalanannya dan dia merasa sangat kesepian, jadi dia menghabiskan malam dengan minum di bar. Ada seorang wanita di sana, dan dia merayunya." Gabriel berhenti sejenak untuk menenangkan diri."Biar kutebak, dia tidak punya pilihan dan itu semua salah wanita itu?" kata Ava. Ia tahu seharusnya ia lebih lembut dan lebih bijaksana, tetapi ia sangat marah pada Jonas dan kebohongannya yang terus-menerus."Itulah yang dia katakan," Gabriel mengangguk."Apakah kamu percaya padanya?" tanya Ava."Tidak," bisiknya."Bagus.""Tapi ada lagi. Dia bilang wan