All Chapters of Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir: Chapter 101 - Chapter 110

Di kamar, Adelia memandangi suaminya yang tengah ganti baju. Merasa dirinya di perhatikan Arga berbalik melihat ke arah istrinya."Ada apa sayang, kamu kok diam-diam ngeliatin aku terus? Apa kamu lagi pingin?" goda Arga."Mas kok gitu sih, aku tuh lagi mikirin sesuatu dari tadi," balas Adelia."Mikirin apa? Pasti lagi mikirin Mas, kan?" tanya Arga."Ya... iya sih, tapi bukan mikir yang itu," kata Adelia malu. Pipinya langsung merona merah manakala Arga menurunkan celana kerjanya dan yang terlihat pria itu hanya mengenakan celana ketat semacam boxer. Ada sesuatu yang menonjol di balik celana boxernya."Mas ganti di kamar mandi sana, aku kan malu liatnya," seloroh Adelia."Kenapa harus malu, kamu sudah pernah melihatnya berkali-kali."Arga malah duduk di samping Adelia mengenakan boxer saja, sementara Adelia menelan salivanya melihat tubuh sixpack suaminya yang bertelanjang dada hanya memakai boxer ketat."Aku tadi tuh... ""Tadi apa sayang," kata Arga menyibak anakan rambut Adelia."T

"Kalian di sini rupanya." Tiba-tiba Veronika datang menghampiri Adam. Otomatis Kartika yang semula berhadapan dengan Adam langsung beralih posisi agak menjauh."Acara segera di mulai, aku ingin semuanya ikut berkumpul menyaksikan acara ulang tahunku," ucap Veronika.Adam sedikit tidak suka dengan kedatangan Veronika secara tiba-tiba. Hampir saja tadi momennya dengan Kartika terlihat romantis. Semuanya menjadi buyar karena kedatangannya.Akhirnya mereka bertiga berjalan ke ruang utama. Dimana acara itu di gelar di sekitar kolam renang yang di hiasi candle light di atasnya. Para tamu yang kebanyakan kalangan anak muda memandang ke arah Veronika dan kekasihnya yang tengah tukar cincin di lanjutkan dengan acara tiup lilin.Kartika menyaksikan acara itu sambil membayangkan dirinya jika di lamar di acara ulang tahunnya pasti seru. Adam melihat ke arah wajah Kartika yang tengah serius memperhatikan Veronika dan kekasihnya."Bilang saja kalau ingin di lamar, aku juga bisa melamarmu," bisik Ad

"Kamu kenapa mengijinkan suamimu pergi ke luar negeri?" tanya Bu Marni."Iya, Bu. Karena kupikir itu yang terbaik. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaan Mas Arga," terang Adelia."Bukankah tiga hari lagi kamu akan melahirkan, Nduk.""Melahirkan itu bisa mundur bisa juga maju waktunya. Apa kamu tidak ingin di temani suamimu dalam proses kelahiranmu nanti?" tanya Bu Marni."Ingin sekali, Bu. Tapi... aku merasa tidak enak pada Mas Arga. Ia sudah mengharapkan kerjasama dengan kliennya itu sejak lama. Kalau berhasil perusahaannya akan mendapat tender yang sangat besar," ujar Adelia."Ibu kasihan sama kamu, kalau pas melahirkan nanti tidak ada suami di sampingmu," tutur Bu Marni."Tenang saja, kan ada ibuk yang mendukungku," kata Adelia. Ia membesarkan hati ibunya yang mencemaskan Adelia. Pasalnya ini adalah detik-deti hari Adelia akan melahirkan. Meskipun ia sudah menikah dua kali tapi Adelia baru melahirkan untuk pertama kalinya."Ya sudah, nanti batinmu yang kuat Nduk kalau tidak ada suam

Belum ada kabar mengenai kelanjutan pencarian Arga oleh tim SAR, Adelia masih berharap suaminya selamat. Sudah hampir satu minggu berlalu, namun tak ada kabar baik yang di dengar oleh Adelia. Kondisi kesehatan Adelia yang makin membaik tidak seimbang dengan kondisi batinnya yang makin memburuk.Di depan putranya, ia tidak memperlihatkan kesedihannya. Namun ketika sendirian dan putranya tertidur pulas, kesedihan, kebingungan mulai menyeruak mengganggu pikirannya. Ia sudah membayar tim pencarian lainnya agar lebih efektif mencari suaminya yang hilang.Namun, dalamnya dan luasnya lautan tidak mungkin di raih. Ada yang bilang kemungkinan Arga telah meninggal di bawah dasar laut. Ada yang bilang mungkin sudah di makan ikan hiu. Namun, ada juga yang bilang Arga terdampar di suatu tempat tanpa ada yang tahu dimana terdamparnya.Semua kemungkinan itu membuat Adelia makin bingung. Ia berharap suaminya terdampar dan di temukan oleh orang lain. Hal itu lebih baik daripada berpikir adanya kematia

Usai mandi Ariska tidak mendapati Bian di tempat tidurnya. "Baguslah, dia sudah pergi," gumam Ariska.Entah mengapa Ariska sering kesal kalau Bian tengah mendekatinya. Ia terkadang lebih suka Bian menjauh darinya daripada mengganggunya. Ariska ingin punya waktu untuk dirinya, merenungi semua yang terjadi akhir-akhir ini. Ia masih tidak menyangka kalau Arga benar-benar telah meninggal.Harapannya sirna sudah, ia menjadi berpikir apakah dirinya memang di takdirkan hidup bersama dengan Bian? Buru-buru Ariska segera menghapus khayalannya. Ia meyakinkan dirinya untuk tidak boleh memikirkan hal semacam itu.Lamunan Ariska buyar, manakala sebuah ketukan pintu mengagetkannya."Boleh masuk?" Kepala Bian sudah menyembul di balik pintu."Ada apa?" tanya Ariska dingin."Boleh masuk enggak sih, ini. Aku bawa makanan," ujar Bian.Akhirnya Ariska melebarkan daun pintunya agar Bian bisa masuk sembari membawa nampan yang berisi makanan."Kita makan bersama yuk," ajak Bian. Ia berjalan menuju teras bal