All Chapters of Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir: Chapter 111 - Chapter 120

Bian berangkat kerja lebih dulu, akhir-akhir ini ia dan Ariska jarang bertatap muka. Bian memilih berangkat kerja lebih awal dan sarapan di kantornya. Akhir-akhir ini pekerjaannya memang menumpuk karena sedari kemarin ia sibuk mengurusi Ariska yang tengah hamil muda.Ariska merasa beberapa hari ini Bian sudah tidak memperhatikannya. Mereka juga jarang bertemu meskipun satu atap. Ariska sering sarapan sendirian.Awalnya ia merasa nyaman-nyaman saja. Karena itulah yang ia mau sebelumnya. Mereka hidup masing-masing meski dalam satu atap. Arisks yakin, Bian sudah menunjukkan sisi dirinya yang sebenarnya.'Hah, paling dia bosan bersandiwara baik padaku.''Bguslah setidaknya aku tahu siapa dirinya sekarang,' batin Ariska. Ia yakin kalau dirinya bisa hidup tanpa Bian.Setelah menyelesaikan pekerjaan kantornya, Bian berniat untuk menghubungi Ariska. Namun batrei ponselnya malahan habis. Ia sebenarnya sudah rindu wanita itu, namun Ariska dengan berbagai caranya selalu berusaha untuk menjauh da

Di mobil Adelia terdiam, Surti melirik ke arah wajah ayu majikannya yang sedari tadi melamun. Meski tatapannya pada si mungil Langit, namun Surti tahu kalau Adelia tengah melamunkan kejadian yang baru saja di alaminya di supermarket.Wajah ayu itu terlihat tengah memikirkan sesuatu. Adelia mencoba menguatkan hatinya agar tidak menangis. Andai saja benar yang di temuinya tadi adalah Arga suaminya ingin sekali ia memeluknya erat menumpahkan segala rindunya selama ini.Sayangnya, pria yang mirip suaminya itu sama sekali tidak mengenalinya. Bahkan memiliki nama panggilan lain. Hati Adelia makin teriris, harapannya musnah. Dulu sewaktu ia belum bertemu dengan orang yang mirip dengan Arga, ia yakin betul kalau suaminya belum tiada.Namun, ketika ada orang yang mirip seratus persen dengan suaminya berdiri di depannya. Ia berubah pikiran, yakin kalau yang di temuinya tadi adalah orang lain. Terlalu sakit untuk berharap sesuatu yang indah kalau pada akhirnya akan jatuh juga."Ehem.""Tadi Masn

Di kantor Damian sudah duduk di kursi kebesarannya. Ia tampak duduk berhadapan dengan Frans."Aku menyuruhmu kemari karena ada sesuatu yang ingin aku sampaikan," kata Damian."Katakan, Tuan. Saya akan mendengarkannya," jawab Frans."Pertama, aku memintamu untuk menjadi asisten pribadiku. Kau yang akan menangani semua urusanku kalau aku sedang sibuk.""Kedua, aku ingin kau menawarkan kerjasama pada perusahaan ini. Terus terang, aku lagi membuka cabang di Jakarta belum lama karena dulu perusahaan istriku ada di luar negeri.""Awalnya, istriku Rosa hanya seorang dokter. Namun setelah kematian orang tuanya ia mendapatkan warisan perusahaan di luar negeri. Untung saja, waktu itu papanya sudah mempekerjakan orang pilihan untuk membantu Rosa.""Setelah aku menikah dengan Rosa, dia meminta aku yang meneruskan perusahaan itu. Aku waktu itu tidak sepintar kamu. Masih banyak yang harus aku pelajari. Hingga seperti sekarang, aku bisa memiliki perusahaan di Jakarta. Itu pun belum sebesar yang di l

Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

Damian merasa kasihan melihat keadaan Frans yang terbaring lemah tak berdaya. Ia merasa Frans selalu saja mendapatkan musibah."Maaf, saya datang untuk memeriksa kondisi pasien," ucap Dokter yang tiba-tiba muncul dari balik pintu."Siapa Anda?" tanya Dokter."Oh, dia karyawan saya," jawab Damian."Terus, Nona tadi yang bersamanya?" tanya Dokter."Maaf, kalau saya bertanya terus. Saya hanya ingin tahu siapa yanh akan menanggung pembayarannya nanti," terang Dokter."Tenang saja, saya yang akan menanggung semua biaya perawatannya. Gadis yang Anda maksud adalah putri saya. Mereka mengalami musibah, ada penjahat yang menyerang terus pria ini menolong putri saya," ujar Damian."Kasihan sekali, untung saja fisik orang ini kuat. Kemungkinan komanya tidak akan lama, berdoa saja semua akan baik-baik saja," kata Dokter."Ya, semoga saja."Dokter itu telah selesai memeriksa, ia kemudian pamit keluar. Sementara Damian masih saja berdiri memandangi Frans yang tertidur di brankarnya."Aku tidak tahu