Lahat ng Kabanata ng Istri Kontrak Miliarder Arogan: Kabanata 31 - Kabanata 40

Lucas menatap tajam mereka berdua. Rahangnya mengeras. “Lu-Lucas!” seru Sera terkejut. Dadanya berdebar kencang. Lucas mengabaikan Sera. Tatapannya mengunci Adi. “Lepaskan dia!” perintah Lucas, nadanya tajam dan menusuk. Lucas terjaga saat mendengar suara pintu kamar dibuka dan ditutup. Sejak ayahnya meninggal, Lucas memang selalu waspada terhadap sekitarnya. Suara sekecil apa pun bisa membuatnya terjaga dari tidur. Dan saat dia menyadari bahwa Sera yang melakukannya, Lucas kembali memejamkan mata. Namun, dia kembali membuka mata kala mengingat keluarga pamannya menginap di kediaman Mahendra. Lucas bergegas keluar kamar untuk menemani Sera. Setiap ada keluarga pamannya, Lucas selalu waspada. Apalagi sekarang ada Sera yan bisa dijadikan kelemahannya. Dia tahu betapa liciknya mereka bertiga. Dan benar saja, saat dia berdiri di ambang pintu dapur, Lucas melihat Adi menggendong Sera. “Kaki Kak Sera terbentur kaki meja, Kak. Aku akan mengobatinya,” ucap Adi mengabaikan perintah Lucas d

Chiara membawa Sera ke mal langganannya. Sera yang selama ini tidak pernah pergi ke mal mewah, hanya bisa terngaga melihat betapa mewahnya mal yang dikunjungi mereka. sangat berebda dengan mal yang sering dia datangi di pasar-pasar. Akan tetapi, karena Sera sudah belajar etiket, dia bisa mengendalikan ekspresinya supaya tidak terlihat kampungan.“Kak Sera, kamu memberi kado apa pada Kakek?” tanya Chiara.“Aku belum membeli kado untuk Kakek,” jawab Sera jujur.“Ya Tuhan!” pekik Chiara pelan, “Jadi, Kak Lucas benar-benar nggak memberi tahumu soal pesta kejutan ulang tahun Kakek?”Sera mengangguk kecil. Sedangkan Chiara menghela napas kasar.“Kak Lucas benar-benar keterlaluan!” gerutu Chiara. “Ya udah, kalau gitu kita beli bareng aja. Kakak pingin beli apa untuk kado Kakek?”“Aku belum memikirkannya.”“Kalau begitu, kita harus membelikan Kakek sesuatu yang limited editon. Tapi apa, ya?” Chiara sendiri bingung ingin membelikan apa untuk Satria.Selama ini

Sera menghela napas lega karena Chiara tidak memasuki toko sebelumnya. Meski begitu, Sera tetap khawatir kalau dia akan bertemu Sera di mal yang besar ini.Dan seperti yang sudah dapat Adi tebak, Chiara membeli banyak barang. Sera berusaha menolak saat Chiara memaksanya untuk membeli barang-barang mewah itu, tetapi Sera tidak mampu menghadapi keras kepala Chiara. Pada akhirnya Sera hanya pasrah saat Chiara memilihkan banyak barang untuknya.“Chiara, bukankah ini terlalu berlebihan?” tanya Sera menatap belanjaan mereka yang memenuhi mobil.“Nggak, Kak. Tenang aja. Lagian kan ini gratis, jadi jangan disia-siakan. Jarang-jarang Kak Adi mau traktir aku kayak gini lagi.” Chiara berkata dengan santainya, bahkan senyum lebar menghiasi wajahnya. Tidak terlihat bersalah sama sekali telah menghabiskan banyak uang Adi.Sera hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan Chiara.“Sudah, Kak, nggak usah dipikirin.” Chiara merangkul Sera. “Lagian kan, Kak Adi sendiri yang bilang mau

“Aku tidak bermaksud ikut campur dalam rumah tangga Lucas dan Sera,” ucap Emily masih dengan memasang senyum kecil yang sangat memuakkan di mata Indira. “Aku hanya mengkhawatirkan Sera, takut dia kelelahan dan membuat kondisi tubuhnya menurun.”Indira tersenyum sinis pada sang adik ipar. “Wah, wah, wah! Sejak kapan kamu selalu memperhatikan keluargaku? Kalau aku tidak salah ingat, bukankah selama ini kamu justru senang melihat keluargaku tidak baik-baik saja?”“Indira!” tegur Satria tegas. Memang sudah biasa bagi Satria melihat Indira dan Emily saling adu kata-kata tajam dan menusuk, tapi Satria tidak suka kalau mereka mulai adu mulut di pagi hari.“Ah, maaf sudah membuat keributan di pagi hari, Pa,” jawab Emily cepat seraya memasang wajah menyesal.Indira mendengkus kasar. Dia menatap Sera dan berkata, “Sera, pergilah! Kamu tidak perlu mendengarkan atau memikirkan ucapan dia.”“Baik, Ma. Saya pergi dulu.” Sera menatap Emily dan Satria. “Kakek, Bibi, saya pergi d

Pukul lima pagi, Lucas bangun dari tidurnya. Dia melihat Sera tidur dengan posisi duduk. Kedua tangannya masih memegang sweater rajut dan jarum rajut.“Dasar keras kepala,” monolog Lucas seraya bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Sera, diambilnya sweater di tangan Sera dan membentangkannya. “Memang dia sedang membuat apa, sih, sampai begadang?”Kening Lucas mengernyit kala mengenali itu adalah sweater. Untuk beberapa saat Lucas menanatap sweater itu sebelum menatap Sera dengan senyum kecil. Dia memang meminta Sera untuk bersikap baik dan mengambil hati kakeknya, tapi tidak menyangka Sera akan melakukan hal seperti ini untuknya, mmebuatkan sweater rajut sendiri untuk mendapatkan perhatian kakeknya.Lucas melipat sweater yang sudah jadi itu dan memasukkannya ke dalam lemari. Lalu membersihkan peralatan rajut Sera, memasukkannya ke dalam kotak kecil yang ada di lemari dan menyimpannya di sana. Setelah itu, Lucas menggendong Sera dan membawanya ke tempat tidur.Ser