Lahat ng Kabanata ng Istri Kontrak Miliarder Arogan: Kabanata 41 - Kabanata 50

Suasana sarapan hening. Tidak ada satu orang pun yang bersedia membuka obrolan, termasuk Chiara. Di mana biasanya gadis itu suka berceloteh di sepanjang makan.Usai sarapan, semua orang meninggalkan ruang makan. Lucas kembali ke kamar untuk mengambil tas kerjanya. Saat memasuki kamar, dia mendapati Sera sudah bangun dan tampak panik.“Ada apa?” tanya Lucas seraya masuk semakin dalam.Sera tersentak dan refleks menatap Lucas. Dia dengan cepat menghampiri Lucas. “Lucas, Sweater rajutan yang mau saya hadiahkan pada Kakek hilang. Apa kamu melihat sweater rajutan saya?”“Ya.”“Di mana?” jawab Sera cepat dengan ekspresi kelegaan yang tampak di wajahnya.“Aku menyimpannya di lemari.”Sera segera berlari ke lemari. Senyum lebar menghiasi wajahnya kala mendapati sweater rajutannya ada di sana.“Oh ya, Sera. Lain kali tolong jangan terlambat untuk bangun,” ucap Lucas mengingatkan. “Tidak masalah kalau kamu mau begadang sepanjang malam, tapi harap tetap bangun p

Alvin, Emily, dan Adi yang melihat itu, tersenyum sinis dan mencemooh dalam hati.“Wah, aku sangat penasaran hadiah apa yang akan diberikan cucu menanti pertama keluarga ini untuk Papa,” ucap Emily membuka suara dengan antusias, tapi kata-katanya sarat akan cemoohan.Mendengar itu, jantung Sera berdebar kencang. Kedua tangannya mulai berkeringat.“Kalau begitu, supaya nggak penasaran, kita minta aja Kakek untuk membukanya,” celetuk Chiara dengan santainya. “Kakek, maukah kakek membuka kado dari Kak Sera supaya kami semua yang ada di sini nggak penasaran?”Semua orang—selain Chiara dan Lucas—menyetujui usul Chiara dalam hati, termasuk Satria. Pria itu juga penasaran dengan apa yang diberikan Sera padanya. Jadi, tidak menunggu lama, Satria pun membuka kado dari Sera.Dada Sera berdebar semakin kencang, tapi berbeda dengan Emily. Wanita itu tersenyum sinis. Dia yakin kado yang diberikan Sera tidak sebanding dengan kado miliknya. Dia telah memberikan kado jam tangan

Kediaman Utama Mahendra, di kamar Indira.Sera duduk di sofa dengan kepala tertunduk. Kedua tangannya yang berada di atas pangkuan, terjalin erat. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangan dan sekujur tubuhnya.“Apa Lucas benar-benar tidak memberitahumu tentang perisapan pesta ulang tahun Kakek?” tanya Indira penuh intimidasi.Sudah siang, tetapi Indira tidak mendapatkan kabar apa pun tentang rencana Lucas mengenai pesta ulang tahun Satria. Indira ragu Lucas akan memeprsiapkannya. Dia takut Lucas melupakannya.“I-iya, Ma. Lucas tidak memberitahuku apa pun soal pesta ulang tahun untuk Kakek,” jawab Sera pelan, takut dan gugup.“Apa kamu tidak pernah tanya ke dia? Kamu kan istrinya. Kalau kamu tanya, Lucas pasti akan memberitahumu.”“Su-sudah. Saya sudah bertanya pada Lucas, tapi dia menyuruh saya tidak perlu ikut campur.”Indira menghela napas dengan kasar. Dia tidak terkejut kalau Lucas akan mengatakan hal seperti itu.“Semoga saja dia benar-bena

Satria bergegas keluar mobil begitu Alan menghentikan mobil tepat di depan Annora Hotel. Alan menyerahkan kunci mobil begitu saja ke salah satu penjaga sebelum dengan cepat mengikuti Satria, takut terjadi apa-apa dengan pria itu.Manajer hotel sudah menunggu Satria dan langsung membawa pria itu ke ballroom hotel.“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Satria kepada manajer hotel marah tanpa menghentikan langkahnya.Di telepon, manajer hotel memberi tahu kalau ada empat pelanggan VIP yang protes dengan layanan kamar hotel yang buruk, yaitu hilangnya barang berharga pelanggan. Mereka berempat ingin menuntut Annora Hotel jika pemiliknya tidak menghadap mereka dan berbicara secara langsung.Satria tidak punya pilihan lain selain datang ke hotel. Bukan karena dia takut dituntut, tetapi Annora Hotel sangat berarti bagi Satria. Karena itu, Satria tidak akan membiarkan nama Annora Hotel tercemar.“Maafkan saya, Pak. Saya sudah berusaha berbicara dengan mereka berempat. Tapi

Sera meletakkan kue yang belum sempat dia gigit ke meja begitu saja. Lalu bergegas berbalik untuk menghindar, mencari tempat persembunyian.BRUK!Sera tidak sengaja menabrak seseorang dengan keras, membuat dirinya mundur beberapa langkah.“Maaf. Maafkan saya,” ucap Sera cepat dengan kepala tertunduk.“Kamu?” pria yang ditabrak itu mengernyit menatap Sera. “Kamu istrinya Lucas, kan?”Sera mengangkat kepalanya. Matanya membulat. Dia ingat pria di hadapannya ini. Dia adalah sahabat Lucas yang waktu itu datang dengan tiba-tiba saat dia dan Lucas menikah di catatan sipil.“Ya.”“Apa yang kamu lakukan pada Lucas?” tanya Reza dingin, begitu juga dengan raut wajahnya. Ketidaksukaan tergambar jelas di wajah Reza.Sampai saat ini, Reza masih marah pada Lucas karena tidak memberi tahu dirinya tentang pernikahannya waktu itu. Bahkan sampai sekarang Lucas tidak memberitahunya mengenai siapa istrinya. Seolah-olah Lucas sengaja melakukan itu agar dia tidak merebut i