Pagi hari, saat jam sarapan tiba, Sabrina berdiri di depan pintu kamar Zander. Dia ingin memastikan sendiri, apakah putra dan menantunya sudah berbaikan? Semalam, dia memaksa mereka untuk kembali tidur sekamar. Baginya, masalah dalam rumah tangga harus diselesaikan dengan komunikasi, bukan saling menghindar. Pernikahan mereka baru seumur jagung. Tak mungkin dibiarkan retak karena emosi sesaat. “Tidak,” gumamnya sambil menggeleng pelan. Sabrina menatap pintu kamar itu dengan tekad bulat. Dia harus menjaga pernikahan Zander tetap utuh. Apalagi dia sudah tak sabar ingin menimang cucu. Jika harus mencari menantu lain, dia tak yakin akan mendapatkan yang sebaik Selina. “Zan… Selina… kalian masih tidur? Sudah waktunya sarapan,” panggil Sabrina lembut, mengetuk pintu beberapa kali. Tak ada jawaban. Sabrina mengetuk lagi, kali ini suaranya terdengar lebih tegas. “Apa kalian tidak ke kantor hari ini? Ini sudah jam setengah delapan, loh.” Masih hening. Alis Sabrina berkerut. Keres
Terakhir Diperbarui : 2025-07-17 Baca selengkapnya