Dua minggu setelah klarifikasi Livia, angin segar seolah berembus di kehidupan Naya dan Arga. Proses investigasi dicabut sementara, memberikan mereka sedikit ruang bernapas. Namun, ketenangan itu bagai fatamorgana. Setiap langkah mereka diawasi, setiap bisikan menjadi desas-desus, dan setiap tatapan curiga bagai belati yang menusuk. Mereka tahu, ini bukan akhir, melainkan awal dari babak baru yang lebih pelik. Pagi itu, mentari menyusup lewat celah jendela, membelai wajah Naya yang masih terlelap. Arga, yang sudah terjaga lebih dulu, memandangnya dengan senyum tipis. Ada kedamaian di wajah Naya, namun kerutan samar di dahinya menunjukkan beban pikiran yang belum sepenuhnya terangkat. Arga mengelus lembut rambut Naya, dan gadis itu menggeliat pelan, membuka matanya. "Pagi," sapa Arga, suaranya serak khas bangun tidur. Naya tersenyum, "Pagi juga." Ia meregangkan tubuh, lalu duduk bersandar pada kepala ranjang. "Masih enggak percaya, semu
Terakhir Diperbarui : 2025-07-05 Baca selengkapnya