All Chapters of Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku: Chapter 91 - Chapter 100

“Terus, dia bilang apa lagi?” tanya Eva. Sasha menggeleng. “Nggak ada, cuman itu aja.”Eva dan Sasha bingung dengan sikap kepala desainer baru sementara itu. Tapi mereka tidak ambil pusing.Pemimpin baru biasanya memang suka ada kebijakan baru. Suka tidak suka. Saat jam makan siang, Sasha dan Eva hendak ke restoran samping kantor. Namun, tiba-tiba Bill Shacks mengumumkan bahwa mulai hari ini, mereka hanya boleh makan siang di kafetaria di lantai 1.Semua orang menggerutu. Kenapa kepala desainer sekarang banyak sekali peraturannya? Untungnya, kafetaria tidak terlalu penuh –seperti biasanya. Mereka mengantri mengambil piring dan mengambil makanan yang sudah disajikan ala prasmanan. Sasha mengambil Mashed Potato, Chicken Teriyaki, Beef Steak with Mushroom Sauce, Greek Salad, dan sedikit Pasta Carbonara. “Ya, setidaknya kita bisa makan banyak dengan setengah harga, ya nggak?” ucap Sasha. Eva mengangguk setuju. “Setuju sih, meskipun dari tadi pagi aku udah kepikiran Smoked Lamb yang

“Katanya sebagai permintaan maaf,” ucap Sasha. Jade membaca surat undangan itu dengan teliti. “Dia bilang Henry Fabiano pernah tertarik dengan salah satu desainku di Les Bijoux. Makanya dia mengirimkan surat undangan ini kepada Paula karena saat itu desainku masih atas nama Desainer Ç,” lanjut Sasha. Jade tampak berpikir. Cukup lama. Hingga akhirnya, ia menolak untuk mengizinkan Sasha pergi ke sana. “Kenapa?” tanya Sasha. Jade memasukkan kembali surat undangan ke dalam amplop. “Kita bisa ketemu Henry lain waktu. Tidak untuk sekarang, Honey.”“Kenapa?” tanya Sasha. Jade menatap Sasha. “Maaf, aku nggak bisa mengizinkan kamu pergi. Ini keputusanku dan kamu harus menerimanya.”“Ya kenapa? Aku harus tahu alasannya!” ucap Sasha dengan suara yang meninggi untuk pertama kalinya.“Karena kamu istriku!” pekik Jade. Ia terbangun dan duduk. Sasha menggeleng tidak percaya. Ia kemudian berdiri dan meluapkan semuanya. “Lantas karena aku jadi istri kamu, aku nggak berhak untuk tahu kenapa ini

“Honey, kita lanjutkan saja desain kita,” ucap Jade di telepon. Sasha sedang berbicara dengan Jade di telepon.Setelah mendapatkan laporan dari Tom Zurich, kantor pusat segera mengambil tindakan. Media sosial kembali ramai tentang gugatan Fairy Goldmother kepada Solomon Jewelry Group.Pihak Solomon Jewelry Group sudah memakai desain milik Fairy Goldmother untuk acara perayaan ulang tahun perusahaan. Dan setelah ditelusuri, memang benar mereka membeli desain dari seseorang. “Aku sudah melayangkan peringatan, kalau mereka tidak mau menarik produk mereka, aku akan bawa ke meja hijau,” lanjut Jade. “Baik kalau begitu, aku akan lanjut mendesain,” sahut Sasha.Telepon berakhir. Sasha kembali mendesain sampai jam kerja berakhir. Keesokan harinya, Sasha dan Jade berada di pameran Phoenix D’or milik desainer terkenal Henry Fabiano. Pameran itu tampak megah dengan lampu kristal gemerlapan. Patung phoenix emas besar berdiri di tengah aula, dengan berbagai perhiasan dalam kotak kaca disusun

“Jika perlu apa-apa, bisa tekan bel ini ya Bu. Nanti perawat akan segera datang,” kata perawat seraya pamit pergi. Laura dan Sasha berterima kasih kepada para perawat itu. Laura segera mengambil ponsel dan menghubungi Stephen untuk memberi tahu kamar Jade. Sasha terus menggenggam tangan Jade. Dia masih sangat mencemaskannya. Setelah selesai menelepon, Laura menghampiri Sasha. “Sha, istirahat dulu sana di sofa. Kondisi Jade sudah membaik, kok.”Sasha menggeleng. “Nggak apa-apa, Bu. Aku di sini aja.”Laura tersenyum. Ia sangat senang akhirnya ada wanita yang bisa mencintainya dengan tulus. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Laura segera membukanya.Seorang detektif berkulit gelap masuk dan memperkenalkan diri sebagai John Blake yang menangani kasus ini. Ia datang bersama dua orang asistennya. Kedatangannya ingin menanyakan kronologi kejadian kepada Jade. Namun, Jade belum juga sadar. Ia kemudian meminta izin untuk memeriksa ponselnya yang ia temukan di dalam mobil. Ia dan timnya

“Selamat pagi, Kak Sasha!” sapa Clara. Sasha berjalan dengan lunglai. Mengingat Jade di rumah sakit, pikirannya jadi kacau. “Pagi, Clara,” sahut Sasha lemas. Clara menggandeng tangan Sasha. “Aku turut bersedih dengan apa yang menimpa Kak Sasha dan Pak Gregory. Semoga Pak Gregory cepat sembuh, ya Kak.”“Amin, terima kasih Clara,” ucap Sasha tidak semangat. Tiba-tiba dari belakang, Eva merangkul pundak Sasha. “Pagi! Aku tahu kamu pasti sedang nggak semangat kerja, tapi ayo! Demi Pak CEO kita yang sedang dirawat, kita harus tetap jadi karyawan teladan dan memajukan Fairy Goldmother bersama!”Eva, Sasha, dan Clara berjalan bersama. Sasha mendelik. “Mending kamu daftar jadi motivator aja gih!”Clara tertawa. Eva tersenyum senang. “Kamu jadi termotivasi?!”“Nggak,” jawab Sasha datar. Eva berdecak. “Itulah masalahnya, nanti kalau aku jadi motivator, bukan pendengar setiaku yang termotivasi, tapi malah aku yang jadi demotivasi!”Eva cemberut. “Ya udah, kamu jadi desainer tetap aja deh