Semua Bab Pria yang Tidur Denganku Ternyata Paman Tunanganku: Bab 81 - Bab 90

“Bagaimana desain Nyonya Romanoff?” tanya Jade sambil mengemudikan mobilnya. Sasha dan Jade sedang dalam perjalanan menuju workshop.“Hari ini sepertinya sudah bisa aku ajukan kepada Nona Berthold,” jawab Sasha. Jade memutar kemudi. “Kalau bisa, sebelum diserahkan untuk diajukan, kamu foto dulu semua desain kamu ya.”Mereka sudah sampai di parkiran workshop.“Kenapa memangnya?” tanya Sasha. Jade merapikan rambut Sasha. “Ya jaga-jaga aja. Jangan sampai kejadian di Les Bijoux terjadi juga di sini.”Sasha tersenyum. “Baiklah. Aku masuk dulu ya.”Sasha turun dari mobil. Dan mobil Jade pun kembali melaju menuju kantor pusat. “Selamat pagi, Nyonya Gregory!” sapa Eva yang juga baru memarkirkan motornya. Sasha mendelik. “Kebiasaan!”Eva segera berjalan dan merangkul Sasha. “Selamat ya, perjuanganmu di persidangan tinggal selangkah lagi! Aku yakin kebenaran yang akan menang.”“Terima kasih, semoga pihak Les Bijoux nggak memutar balikkan fakta lagi,” kata Sasha. Begitu Sasha dan Eva sampa

“Aku juga. Sekarang aku nggak akan diam saja!” tegas Sasha. Sasha kini mulai berani untuk membela dirinya. Ketakutan dulu perlahan mulai menghilang. Semuanya berkat dukungan dan bantuan dari Jade. Jade selalu meyakinkan Sasha bahwa dia akan selalu bersamanya. Itulah yang membuat Sasha yakin bahwa dia akan bisa menghadapi semuanya. Jade mengelus kepala Sasha lembut. Ia berjanji akan memberikan balasan yang setimpal kepada orang-orang yang telah berlaku curang di perusahaannya. Keesokan harinya, Eva sedang mengetuk pintu ruangan Anthony dengan sebuah berkas.“Ada apa?” tanya Anthony. Eva masuk sambil melihat-lihat ruangan Anthony yang serba putih. Ia termasuk orang yang obsesi terhadap kebersihan. “Begini Pak, saya sedang membuat desain baru. Hanya saja, saya bingung batu apa yang cocok untuk desain ini, Pak,” ucap Eva hati-hati. Anthony mengerutkan dahi. “Kenapa kamu harus tanya kepada saya? Hal itu kan bisa kamu tanyakan kepada Nona Berthold.”“Ya, insting saya mengatakan bahwa

“Rumahku ada di ujung pertigaan depan, Pak,” ucap Eva. Sasha, Eva, dan Jade sedang dalam perjalanan menuju rumah Eva. Eva terlihat girang, karena baru pertama kali dirinya disupiri oleh seorang CEO. Mereka akhirnya tiba di sebuah rumah tua dari kayu berlantai 2. Rumahnya tampak terawat dengan beberapa bunga menghiasi jalan setapak menuju beranda rumah. Hujan sudah berhenti sedari tadi. Menyisakan dedaunan dan bunga yang basah serta aroma tanah yang menguar ke udara. Eva menghirup napas dalam-dalam. “Aku suka aroma setelah hujan. Tenang, nyaman, dan sejuk.”Sasha ikut menarik napas panjang. “Sekarang aku mulai suka hujan dan efek setelahnya. Sunyi tapi hangat. Bukan tubuh kita, tapi hati.”“Kalian mau minuman hangat buatan nenekku?” tanya Eva. Sasha tersenyum. “Lain kali saja. Kami harus segera pulang dan beristirahat. Besok kami harus menghadiri sidang untuk pembacaan putusan.”Eva mengangguk. “Semangat ya, semoga Les Bijoux mendapat ganjaran yang setimpal karena sudah mengeksplo

“Minum dulu, Sha,” ucap Grace. Grace memberikan segelas air putih setelah Sasha berhenti menangis dan mulai tenang.Jade menaikkan sandaran kasur Sasha supaya Sasha bisa minum dengan nyaman. “Terima kasih, Bu Grace. Terima kasih, Hubby,” ucap Sasha masih terisak. Sasha meminum airnya sampai habis. Kemudian ia menarik napas panjang. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. Jade mengelus kepala Sasha lembut. “Sudah tenang?”Sasha mengangguk. Tidak lama kemudian, Grayson datang sambil berteriak. “Jade, ada temuan baru!” teriak Grayson antusias. Grace langsung panik dan menarik Grayson menjauh. Grayson protes karena harus memberitahu Jade tentang apa yang baru diketahuinya. Grace melotot dan melarang Grayson berbicara di dekat Sasha. Sasha mengerutkan dahi. “Memberitahu apa, Pak Grayson?”Grace memelototi Grayson lagi. Grayson akhirnya menurut. “Mem … beritahu tentang … mobil Jade sekarang sudah berada di bengkel, jangan khawatir!” ucap Grayson. Ngeles. Sasha bernapas lega. “Oh, sy

“Selamat pagi, perkenalkan, saya Tom Zurich. Kepala Desainer Senior sementara, yang dikirim dari kantor pusat,” ucap pria berkacamata. Tom memiliki perawakan yang tegap. Rambutnya separuh sudah memutih, tapi tetap terlihat gagah.Sedangkan pria satunya lagi, terlihat masih muda. Mungkin baru lulus kuliah. Ia membawa sekotak barang-barang. “Ini asisten saya, Bill Shacks, yang akan membantu saya dalam menangani pengajuan desain kalian semua,” lanjut Tom. Donny Jacob maju dan menjabat tangan Tom. “Kami ucapkan selamat datang, Tuan Zurich dan Tuan Shacks. Saya Donny Jacob, ketua tim desainer. Kalau ada apa-apa, Tuan Zurich bisa menghubungi saya.”Tom Zurich tersenyum ramah. “Kalau begitu perkenalannya kita akhiri di sini, saya akan segera ke ruangan saya.”Tom Zurich dan Bill Shacks bergegas menuju ruangan Julie yang sudah kosong. Jendela yang tembus pandang ke dalam ruangan segera ditutup oleh Bill. Eva berbisik. “Kenapa ya aku merasa aneh?”“Aneh gimana?” tanya Sasha. “Ya aneh aja,