Lian’er berdiri kaku di sudut koridor gelap paviliun Mu Fei. Matanya menatap nanar ke arah pintu yang setengah terbuka, di mana Mu Fei duduk menunggu sambil memutar kipas sutranya dengan irama pelan, bagai kucing yang sedang mempermainkan mangsanya. “Hamba sudah memastikan, Nyonya,” suara Lian’er bergetar menahan takut, “pelayan Nyonya Chun Mei, Xiaoping, dialah yang selalu memata-matai Paviliun Musim Panas. Setiap gerakan kita, dia kabarkan pada Nyonya Chun Mei.” Satu detik sunyi menelan ruangan! Lalu, suara kipas Mu Fei berhenti. “Jadi,” gumamnya pelan, nadanya datar tapi mengandung badai, “selama ini perempuan licik itu memiliki mata di paviliunku.” Matanya menyipit, kilau kebencian menari di sana. “Bagus, Lian’er. Kamu benar kali ini.” Mu Fei berdiri, langkahnya anggun, tapi menyiratkan ancaman mematikan. Dia berjalan mendekati Lian’er, menepuk pelan bahu gadis itu, tetapi justru membuat lutut Lian’er hampir goyah. “Panggil orang-orangku. Tangkap Xiaoping secara diam-diam. J
Last Updated : 2025-07-02 Read more