Amora tak bisa menahan tawa, pecah berderai memenuhi ruangan, bahkan hingga air matanya menggenang di pelupuk mata. Tawanya bukan tawa bahagia, melainkan tawa pahit yang menyimpan seribu luka. Enzo, suaminya, baru saja melontarkan permintaan yang sungguh di luar nalar. Permintaan untuk mengembalikan emas-emas yang selama ini ia pegang. Emas yang, demi Tuhan, adalah haknya!"Kamu kenapa malah ketawa? Sudah mulai gila, ya?" Suara Bu Ratna melengking tajam, menusuk telinga. Raut wajahnya masam, seolah baru saja mencium bau busuk.Amora menggelengkan kepala, tawanya perlahan mereda, menyisakan senyum sinis yang terpampang jelas di wajahnya. "Bukan aku yang gila, Bu. Tapi, kalian!"Seketika, bola mata ketiga orang yang duduk di hadapannya melebar, mendelik tak percaya. Enzo, Bu Ratna, dan Livy, istri kedua Enzo, menatap Amora dengan pandangan murka, seolah baru saja mendengar sebuah penghinaan yang tak terampuni."Kamu ngatain kami gila?" Enzo bertanya, suaranya tercekat. Ada kekagetan yan
Last Updated : 2025-08-25 Read more