Riuh tepuk tangan Amora menggema, memecah keheningan yang menyesakkan di ruang tengah itu. Enzo dan Bu Ratna saling pandang, tak habis pikir. Apakah perempuan ini sudah gila? Normalnya, seorang istri yang baru saja dicerai akan menangis histeris, meratap pilu. Tapi, Amora tidak. Ia malah tergelak, tawa riangnya terdengar sumbang di telinga mereka."Terima kasih untuk talaknya, Mas!" seru Amora, suaranya dipenuhi kemenangan yang aneh. Amora menatap ke arah Livy dan Vanya yang mematung di sudut ruangan. "Livy, Vanya! Kalian yang akur, ya! Aku pamit dulu. Mau ke kamar, beres-beres barang, terus angkat kaki dari rumah ini!"Bu Ratna, yang sedari tadi menahan emosi, langsung meledak. "Jangan ambil satu pun barang pemberian putraku, Amora!" teriaknya, saat Amora sudah melangkah menaiki tangga, punggungnya terlihat angkuh.Amora berhenti, berbalik perlahan, dan sebuah seringai sinis terukir di bibirnya. "Tenang saja, Bu! Aku hanya akan mengambil barang yang kubeli pakai uangku sendiri!" sah
Last Updated : 2025-08-30 Read more