Adit menggeleng pelan, tatapannya tak lepas dari wajah Amara"Kamu.... Sangat cantik""Benarkah..."Amara tersipu malu, dan berbalik, dia menatap wajahnya di cermin, wajahnya sedikit memerah mendengar pujian Adit. Biasanya Adit hanya akan mengatainya kuper, kampungan dan aneh. Amara yang tadi tersenyum, tiba-tiba menangis, membuat Adit bingung melihat perubahan itu, yang terjadi secara tiba-tiba"Apa ada yang salah dengan ucapanku?," tanyanya, lelaki itu merasa bersalah"Aku...aku kangen sama keluargaku. Aku rindu masakan Ibu, aku rindu senyuman Bapak, Aku juga rindu rengekan Asih, adikku." Amara menghapus air mata yang membasahi pipinyaAdit menghela napas, dia sama sekali tidak berdaya, dan tidak dapat berbuat apa-apa****Malam telah larut. Hujan yang sejak tadi sore mengguyur deras, kini hanya tersisa gerimis yang menetes pelan di atap rumah Bu Ajeng. Lampu kamar redup. Hanya cahaya remang dari lampu tidur yang menerangi sudut-sudut ruangan.Di sana, di atas kursi, Amara duduk me
Terakhir Diperbarui : 2025-08-03 Baca selengkapnya