Share

Tangis Amara

Author: Embun pagi_37
last update Last Updated: 2025-08-03 11:09:31

Adit menggeleng pelan, tatapannya tak lepas dari wajah Amara

"Kamu.... Sangat cantik"

"Benarkah..."Amara tersipu malu, dan berbalik, dia menatap wajahnya di cermin, wajahnya sedikit memerah mendengar pujian Adit. Biasanya Adit hanya akan mengatainya kuper, kampungan dan aneh.

Amara yang tadi tersenyum, tiba-tiba menangis, membuat Adit bingung melihat perubahan itu, yang terjadi secara tiba-tiba

"Apa ada yang salah dengan ucapanku?," tanyanya, lelaki itu merasa bersalah

"Aku...aku kangen sama keluargaku. Aku rindu masakan Ibu, aku rindu senyuman Bapak, Aku juga rindu rengekan Asih, adikku." Amara menghapus air mata yang membasahi pipinya

Adit menghela napas, dia sama sekali tidak berdaya, dan tidak dapat berbuat apa-apa

****

Malam telah larut. Hujan yang sejak tadi sore mengguyur deras, kini hanya tersisa gerimis yang menetes pelan di atap rumah Bu Ajeng. Lampu kamar redup. Hanya cahaya remang dari lampu tidur yang menerangi sudut-sudut ruangan.

Di sana, di atas kursi, Amara duduk me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Tangis Amara

    Adit menggeleng pelan, tatapannya tak lepas dari wajah Amara"Kamu.... Sangat cantik""Benarkah..."Amara tersipu malu, dan berbalik, dia menatap wajahnya di cermin, wajahnya sedikit memerah mendengar pujian Adit. Biasanya Adit hanya akan mengatainya kuper, kampungan dan aneh. Amara yang tadi tersenyum, tiba-tiba menangis, membuat Adit bingung melihat perubahan itu, yang terjadi secara tiba-tiba"Apa ada yang salah dengan ucapanku?," tanyanya, lelaki itu merasa bersalah"Aku...aku kangen sama keluargaku. Aku rindu masakan Ibu, aku rindu senyuman Bapak, Aku juga rindu rengekan Asih, adikku." Amara menghapus air mata yang membasahi pipinyaAdit menghela napas, dia sama sekali tidak berdaya, dan tidak dapat berbuat apa-apa****Malam telah larut. Hujan yang sejak tadi sore mengguyur deras, kini hanya tersisa gerimis yang menetes pelan di atap rumah Bu Ajeng. Lampu kamar redup. Hanya cahaya remang dari lampu tidur yang menerangi sudut-sudut ruangan.Di sana, di atas kursi, Amara duduk me

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Perubahan tampilan Amara

    Cukup lama Amara berada di dalam kamar mandi, tiga dres berbeda warna dan model, dia pakai secara bergantian. Hingga pilihannya jatuh pada dres selutut dengan warna merah muda. Amara berjalan mengendap, takut jika suara langkah kakinya membangunkan Adit yang sedang tertidur. Amara berdiri di depan cermin, lalu memutar badannya, dia sangat menyukai baju baru pemberian Bik Ijah. Karena keterbatasan ekonomi, Amara jarang, bahkan hampir tidak pernah membeli baju baru. Semua baju yang dia miliki sudah lusuh dan ada bekas jahitan di beberapa bagiannya namun, dia masih tetap memakainya karena tidak memiliki baju lain, yang lebih layak"Bajunya bagus sekali, aku suka," lirihnya, matanya terus menatap pantulan dirinya di cermin, senyum bahagia terukir di bibirnya yang alami karena tak pernah tersentuh gincuTok..tok...tok..."Non, tolong buka pintunya" terdengar suara Bik Ijah di balik pintu kamar"Iya, Bik. Sebentar," Amara berjalan tergesa dan membuka pintu dengan pelan"Huts" Amara menemp

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Terpaksa berbohong

    "Bibik gak apa-apa kan?" tanya Amara dengan raut wajah sedihDi luar dugaan, Bik Ijah malah tersenyum, wajahnya nampak berbinar karena bahagia. Bukan karena melihat wajah Bu Ajeng yang memerah menahan malu. Tetapi karena melihat semangat hidup Adit yang mulai pulih"Bibik baik-baik saja, Non" ucapnya, senyum semringah tidak lekang dari bibirnya"Adit dan Amara saling pandang, merasa ada yang aneh dengan tingkah Bik Ijah."Kenapa sih, Bik? Bukannya sedih setelah dijambak majikan malah tersenyum!" protes Amara, serta menyipitkan mataBik Ijah mendekat pada Amara, lalu berbisik"Bibik senang, karena sekarang Den Adit sudah sembuh"Amara yang tidak mengerti maksud ucapan wanita paruh baya itu, menoleh pada Adit yang sedang duduk di lantai, bukannya menemukan jawaban, tetapi dia menjadi semakin bingung dibuatnya. Dia kembali mengarahkan pandagan pada Bik Ijah Namun, tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya..."Sudahlah, ayo kita bantu Den Adit kembali ke kamar!" kata Bik Ijah, yang meng

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Benih Cinta yang mulai tumbuh

    Bu Ajeng naik pitam mendengar ucapan Bik Ijah. Dadanya naik turun, matanya menyala penuh amarah. "Kurang ajar, berani-beraninya kamu berkata seperti itu padaku. Apa kamu sudah lupa jika aku ini majikanmu. Seharusnya kamu patuh dan menghormatiku, berani sekali kamu mengucapkan kata-kata yang tidak berguna seperti itu padaku." Bu Ajeng mendekat dengan wajah yang memerah, lalu menarik rambut Bik Ijah yang di sanggul, hingga rambut panjang pembantu paruh baya itu terurai"Aw.... Sakit. Tolong lepaskan, Bu," rintih Bik Ijah, suaranya bergetar, tanganya berusaha melepaskan cengkraman tangan Bu Ajeng di rambutnya, namun semakin dia berusaha Bu Ajeng semakin menambah kekuatannya sehingga Bik Ijah hanya bisa pasrah dalam ketidak berdayaanAmara yang tidak tega melihat penderitaan Bik Ijah mendekat pada rentenir itu. Dia bersimpuh dan menundukkan kepala"Bu, jangan sakiti Bik Ijah. Keributan ini terjadi.... karena aku. Jika Ibu mau marah, maka akulah orang yang pantas menerima kemarahan itu, b

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Semangat baru

    Di bawah, Amara yang baru saja keluar dari dapur untuk mengantarkan sarapan Adit, tertegun. Matanya membelalak saat melihat suaminya berada di ujung tangga dengan posisi berbahaya.“Adit! Jangan!” jerit Amara panik. Dia melempar nampan yang ada di tangannya ke lantai. Isi nampan itu berserakan ke segala arah, lantai yang tadinya sudah bersih sekarang menjadi kotor lagi Amara segera berlari, napasnya memburu. Suaranya memecah pagi yang tenang, menggema ke seluruh rumah. Ia mendekat dengan wajah penuh kecemasan.“ADIT, JANGAN LAKUKAN ITU!” teriaknya lebih keras.Seketika itu juga, Bik Ijah yang sedang menyapu di teras langsung mengangkat wajah.“Ya Allah, kenapa tuh Non Amara teriak-teriak,?” gumamnya panik.Bu Ajeng dan Adel yang sedang sarapan di ruang makan juga tersentak.“Ada apa lagi si Amara itu?,” gumam Adel, dengan wajah kesal.Mereka semua sontak bangkit dan berlari menuju sumber suara. Langkah kaki berhamburan. Suasana rumah berubah kacau.Amara akhirnya berhasil mencapai ta

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Harapa Baru

    Satu jam telah berlalu, Amarah amara pada Adit sudah reda, dia kembali masuk ke dalam kamar membawa secangkir coklat hangat. Sejak menjadi menantu di rumah itu Bu Ajeng memaksanya untuk merawat Adit. Awalnya, Amara merasa keberatan, Namun tetap melakukan perintah Bu Ajeng, karena tidak ingin membuat rentenir itu marah dan menghina dirinya serta keluarganya yang miskinTok...tok...tok...Amara sengaja mengetuk pintu, dia ingin memastikan apakah Adit masih marah atau amarahnya sudah mereda. Karena tak mendapat jawaban, Amara membuka sedikit pintu secara perlahan, lalu memasukkan kepalanya untuk melihat keadaan di dalam kamarKamar itu masih tetap bersih dan rapi sama seperti saat dia meninggalkannya"Apa Adit tidak benar-benar marah?," tanya Amara di dalam hati. Karena menurut cerita yang dia dengar dari Bik Ijah, Jika sedang emosi, Adit suka melempar dan memecahkan barang-barang yang ada di kamarnya.Amara berjalan pelan mendekat pada Adit yang sedang duduk di atas kursi rodanya di de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status