Aroma kopi dan roti panggang menyambut pagi itu. Di meja makan panjang, keluarga Harper sudah duduk—ayah Daniel, Tom Harper; ibu Daniel, Ny. Harper; Lily, adik perempuan Daniel yang ceria; Nenek Rose, dan kini dua kursi di ujung diisi oleh Daniel dan Elena. Suasana agak kaku, namun hangat. Lily-lah yang pertama kali mencairkan suasana. “Kak Elena tuh emang pas buat Kak Daniel. Bukan yang lain,” gumam Lily sambil menyendok telur orak-arik ke piringnya. Daniel hanya tersenyum kecil, sedangkan Elena tertawa pelan. “Terima kasih, Lily.” Ayah Daniel, Tom Harper, meletakkan cangkir kopinya dengan suara ringan. “Daniel,” katanya, nada suaranya tenang dan berwibawa. “Aku dengar dari ibumu soal kabar tuduhan itu. Tapi jangan terlalu buru-buru. Kadang, saat kita bertindak karena emosi, kita malah kehilangan arah.” Daniel mengangguk. “Kami hanya ingin membersihkan nama kami, Yah. Setidaknya tahu siapa yang main di belakang ini.” Tom menatap Elena, wajahnya sedikit melunak. “Kamu ju
Terakhir Diperbarui : 2025-08-06 Baca selengkapnya