Cahaya itu meledak tanpa suara, tapi dentumannya mengguncang dada siapa pun yang berdiri di dekat Gerbang Bayangan. Sejenak, dunia seakan kehilangan warna. Api merah yang sebelumnya menyala liar kini terhisap ke dalam retakan itu, menyisakan pusaran gelap yang berputar lambat, seolah-olah seluruh langit sedang ditelan ke dalam satu titik. Alura berdiri dengan napas terengah, tubuhnya masih dipenuhi getar api ungu yang lahir dari penerimaan dirinya sebagai Silvanna. Rafael di sisinya, keringat menetes di pelipis meski udara membeku, sementara Arga berdiri sedikit di belakang, matanya menyipit tajam, penuh kewaspadaan. Lalu—dari dalam pusaran itu, muncul cahaya lain. Cahaya ini berbeda: bukan merah, bukan biru, melainkan keemasan redup, seperti sinar obor yang lama terkubur. Cahaya itu berkedip-kedip, lalu mulai menyatu, membentuk siluet tinggi yang perlahan menapak keluar dari retakan. Suara berat menggema, tidak datang dari mulut, tapi langsung menghantam dada mereka. “Kami adalah
Terakhir Diperbarui : 2025-10-04 Baca selengkapnya