Udara di istana terasa berbeda malam itu. Sunyi, tapi bukan sunyi biasa bukan kosong. Ada berat, seperti ratusan mata tak terlihat sedang menatap, menimbang setiap gerak langkah Alura. Lantai batu hitam berkilau samar di bawah cahaya ungu yang memantul dari tubuhnya, sementara api biru di telapak tangannya berdenyut perlahan, seperti irama jantung yang menunggu sesuatu. Alura melangkah pelan, setiap kaki menimbulkan gema yang menembus keheningan. Rafael di belakangnya, pedang siap, tatapannya terus berpindah dari Alura ke bayangan-bayangan yang menari samar di dinding. Arga mengikuti, jarak satu langkah, senjata di tangan, tapi matanya tertuju pada langit-langit istana yang retak di sana, serpihan cahaya biru-ungu berkilau, seperti serpihan masa lalu yang belum hilang. “Alura… apakah kau merasakannya?” suara Rafael parau. “Ada sesuatu… bukan hanya di sini, tapi di dalam batu itu sendiri.” Alura mengangguk pelan, tanpa memalingkan wajah. Ia menatap singgasana tua yang berdiri di uju
Terakhir Diperbarui : 2025-10-13 Baca selengkapnya