Udara di ruangan itu terlalu berat untuk dihirup. Alura merasakan setiap tarikan napasnya seperti dipaksa melewati lapisan kabut tak terlihat. Dindingnya basah, bukan oleh air, melainkan oleh cairan kental yang baunya menusuk campuran besi, tanah basah, dan sesuatu yang mengingatkan pada darah yang sudah membeku berabad-abad. Tetes demi tetes jatuh dari langit-langit, tapi anehnya, tidak ada gema. Suara itu seakan diserap dinding batu yang gelap. Rafael melangkah lebih dulu, langkahnya tanpa bunyi sama sekali. Baru setelah beberapa langkah, Alura sadar bahwa itu bukan karena Rafael berhati-hati, melainkan karena lantai di sini benar-benar menelan suara. Setiap gerakan, sekecil apa pun, lenyap begitu saja. “Aku tidak suka tempat ini,” gumam Alura, tapi suaranya sendiri terdengar jauh, seperti keluar dari dasar sumur. Rafael tak menjawab. Matanya menatap lurus ke depan, penuh kewaspadaan. Tangannya sempat bergerak ke gagang pedang, tapi ia tidak mencabutnya. Gerakannya terkendali, s
Terakhir Diperbarui : 2025-08-08 Baca selengkapnya