Suara dari bayangan itu tak juga berhenti. Semakin lama, bisikannya terasa seperti kuku-kuku tajam yang menggores lapisan dalam pikiran. Alura menahan napas, tetapi jantungnya berdetak terlalu keras untuk bisa diabaikan. Rafael berdiri kaku di sampingnya, tangannya sudah menempel pada gagang pedang, tetapi tak ada yang bisa dilawan. Karena musuh mereka sekarang bukan sesuatu yang bisa dilukai melainkan sesuatu yang menyusup diam-diam ke dalam niat dan keyakinan. "Aku akan menjadi segelnya," suara Silvanna akhirnya terdengar jelas. Alura terkejut dan menoleh. "Apa maksudmu?" “Bayangan itu butuh wadah,” kata Silvanna lirih, sorot matanya tenang, seperti seseorang yang sudah berdamai dengan akhir. “Jika tidak disegel ulang, maka ia akan bangkit sebagai entitas penuh. Dan saat itu terjadi, seluruh reruntuhan ini akan menjadi awal kekacauan baru.” “Tapi kenapa kau?” tanya Rafael, nada suaranya nyaris terdengar seperti marah. “Kau bukan satu-satunya jalan.” “Aku… memang bukan satu-sa
Last Updated : 2025-07-28 Read more