Lorong yang mereka masuki kini berbeda. Udara terasa berat, tidak hanya dingin, tapi bergetar, seperti setiap molekul di sekitarnya menekan dada mereka. Alura menggenggam tangan Rafael lebih erat, merasakan napasnya sendiri bergetar di tengah ketegangan. "Ini… terlalu sunyi," bisiknya. "Seperti… menunggu sesuatu yang akan menyerang." Rafael menatap sekeliling, matanya menyapu lorong yang berliku. "Sunyi seperti ini… selalu berbahaya," jawabnya. "Tetap di belakangku." Langkah mereka bergema, tapi gema itu tidak kembali. Seolah lantai, dinding, dan langit-langit… semuanya menyerap suara, menahan napas. Dan kemudian, kabut mulai muncul, perlahan tapi pasti, menutup jarak di depan mereka. Dari kabut itu, suara lirih terdengar. "Kalian sudah dipilih… kini saatnya menghadapi ujian." Alura menelan ludah, hatinya berdebar. "Ujian apa lagi?" Suara itu tidak menjawab, tapi kabut bergerak, membentuk bayangan besar yang bergerak seperti gelombang. Tangan-tangan hitam muncul dari kabut, menj
Terakhir Diperbarui : 2025-08-18 Baca selengkapnya