Ardian duduk di salah satu sofa butik, tubuhnya sedikit bersandar, tangannya bersilang di dada. Wajahnya datar. Rautnya seakan mengatakan 'tolong cepetin dikit!'Di hadapannya, Erna—sekretaris yang biasanya cepat, tegas, dan seefisien spreadsheet Excel kali ini berubah total. Alih-alih segera membantu Ardian memilih, ia malah berdiri di depan rak sepatu, matanya berbinar seperti pelanggan pertama saat sale akhir tahun.“Menurut Bapak, lebih bagus yang ada pitanya atau yang polos gini?” tanyanya sambil mengangkat sepatu berpita, sementara yang polos sudah terpasang di kakinya.Ardian mengangkat bahu. "Saya nggak tahu," balasnya datar.Erna menahan helaan napas. Bosnya memang tipe manusia yang sulit sekali diajak bicara. Memang salah dia meminta pendapat kepada Ardian.Erna bergumam sangat pelan, “Kalau sepatu ini dipakai kencan sama Mas Dipta bagus nggak, ya?”Tapi telinga Ardian sangatlah tajam. Dengan jelas ia bisa menangkap gumaman wanita itu.“Erna.” Ardian menatap wanita itu denga
Last Updated : 2025-07-20 Read more