“Kalau kau masuk… yang kau temui pertama adalah dirimu sendiri.” Suara itu berat, dalam, dan berasal dari balik pintu yang berdenyut seperti jantung. Naira menelan ludah, menggenggam keris erat-erat. Revan berdiri di sampingnya, wajahnya tegang tapi tak berkata-kata. Ketika pintu terbuka, kabut merah menyergap mereka. Lantai seakan cair, mengilap seperti darah yang baru mengering. Langkah pertama terasa berat. Udara pekat, beraroma besi. Naira mencoba fokus, tapi pandangannya dipenuhi percikan bayangan yang bergerak di dinding. Satu sosok muncul, perlahan—mirip dirinya. Rambutnya kusut, kulit pucat, tapi matanya kosong, hitam penuh retakan. Bayangan itu menoleh. Senyumnya bengkok. “Aku yang kau kubur dalam mimpi,” katanya, suaranya identik dengan Naira, hanya lebih dingin. Naira mundur setengah langkah. “Apa ini… ilusi?” Revan menggeleng pelan. “Bukan ilusi. Itu darahmu yang memisah.” Sosok itu merangkak, kuku-kuku panjangnya menggores lantai, menimbulkan suara melengking. Set
Last Updated : 2025-09-27 Read more