Pagi itu, pelabuhan terlihat sibuk seperti biasa. Kapal-kapal dagang berlabuh, buruh mengangkut barang, dan para pedagang berteriak menawarkan jualan mereka. Namun, bagi Bima yang kini menyamar sebagai buruh biasa, hiruk pikuk itu justru penuh dengan tanda-tanda mencurigakan. Ia memperhatikan dengan saksama—ada sekelompok buruh yang selalu bekerja berdekatan, seolah-olah mereka tidak pernah bercampur dengan yang lain. Setiap kali ada pengawas lewat, mereka bertukar isyarat singkat dengan mata dan tangan. Gerakannya halus, hampir tak terlihat, namun bagi Bima yang terbiasa membaca strategi, semua itu jelas sekali. Inilah yang kumaksud, pikirnya. Mereka bukan buruh biasa. Mereka orang-orang Raka. Malamnya, Bima memanggil dua orang kepercayaannya: Arman dan Jaya. Mereka duduk di sebuah gubuk kecil di dekat dermaga, ditemani lampu minyak yang redup. “Aku sudah mengamati,” ujar Bima pelan. “Setidaknya ada
Terakhir Diperbarui : 2025-09-02 Baca selengkapnya