Raungan itu mengguncang udara, membuat pepohonan di sekeliling bukit bergetar. Kabut hitam semakin pekat, menelan cahaya sore yang seharusnya indah. Mata merah menyala dari kegelapan, memandang Bima dan ketiga temannya dengan penuh amarah.“KAU BERANI MENANTANGKU LAGI, MANUSIA KECIL?” suara makhluk itu bergema, berat dan menyeramkan.Bima berdiri paling depan, meski lututnya gemetar. Nafasnya tertahan, tapi genggaman pada tasbih kecil di tangannya tak pernah lepas. Arif, Danu, dan Joko berdiri di sampingnya, saling menguatkan.“Kita tidak sendiri,” kata Bima dengan suara mantap. “Ada yang melindungi kita.”Makhluk itu tertawa keras, suaranya seperti petir yang menyambar. “Lindungan? Doa kalian tak akan berarti apa-apa di hadapanku!”Kabut tiba-tiba melesat, menyerang seperti gelombang besar. Mereka berempat hampir terseret, tapi Bima berteriak, “Baca doa itu! Sekarang!”Arif, Danu, dan Joko serempak melantunkan doa dengan suara g
Last Updated : 2025-09-07 Read more