Semua Bab Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan: Bab 201 - Bab 210

"Felix, kamu bikin aku sakit!"Valencia diseret ke sudut restoran. Wajah Felix dipenuhi amarah yang ditekan namun tegang.Detik berikutnya, tubuh Valencia dihantamkan ke dinding dingin, punggungnya hampir terasa remuk. Felix jelas melakukannya dengan sengaja, semakin dia meringis kesakitan, semakin Felix membuatnya sakit."Felix, aku ini sedang hamil," ucap Valencia dengan mata berkaca-kaca, menahan rasa sakit.Bukan hanya tubuhnya yang perih, tetapi juga hatinya, kejamnya Felix membuatnya merasa tak dihargai, bahkan saat dia sedang mengandung."Anak ini belum tentu milikku," kata Felix datar. Tadi ucapan Adelia sudah dia mengerti maksudnya.Mata Valencia membelalak. Dia segera mengangkat tangan hendak menampar Felix, “Kenapa kamu bisa ngomong seperti itu?”Namun pergelangannya langsung dicekal di udara. "Sekali langsung hamil? Kamu pikir aku ini penembak jitu tanpa meleset?"Kata-katanya barusan yang dia gunakan untuk menyindir Adeline kini berbalik menjadi pisau yang menusuk dadanya

“Nyonya Brown sedang tidak mood?”Seusai makan malam, dalam perjalanan pulang, Leo tetap bisa menangkap gelombang emosi yang disembunyikan Adeline.“Tidak, hanya sedang berpikir,” jawab Adeline sambil memandang keluar jendela, telinganya masih menangkap percakapan antara Adelia dan Stanley di belakang.Leo menggenggam tangannya. “Mau ceritakan padaku?”“Kakakmu mau cerai.” Adeline akhirnya mengungkapkan apa yang ia dengar tadi.“Itu wajar, cepat atau lambat pasti terjadi.” Leo sama sekali tak terlihat terkejut.“Tapi kakak iparmu ingin bertemu teman ngobrolnya di internet,” tambah Adeline.Leo langsung terkekeh.Adeline menarik tangannya dari genggaman Leo. “Apa yang lucu?”“Kau takut?” godanya.“Tidak. Aku hanya berpikir… kalau rahasia ini memang tak bisa disembunyikan, ya sudah, biarkan saja terbuka.” Sebenarnya sejak siang, saat bertanya pada Adelia apakah ia menyukai Stanley, Adeline sudah terpikir untuk memberitahu kebenaran.“Kalau begitu biarkan saja. Tapi apa itu pantas membuat

Dalam kepanikan, Adeline mendongak, hanya untuk melihat belasan truk mixer semen raksasa melintas nyaris menyapu mobil mereka.Benda-benda besar itu berderap gelap dan menekan. Cukup satu truk saja terguling, mobil mereka akan jadi besi gepeng dan manusia di dalamnya menjadi daging cincang.“Apa yang terjadi?” Leo memeluk Adeline erat, suaranya membeku saat menegur sopir.Mobil sempat oleng lalu kembali stabil, tapi sopir tetap gemetar. “Truk-truk itu tiba-tiba datang dan malah mengambil jalur, maaf sekali, Tuan Leo.”Leo menatap ke arah kendaraan raksasa yang menjauh. Terlintas di benaknya bahwa Adeline pernah trauma kecelakaan. Ia tetap mengeluarkan teguran, “Kau tidak antisipasi lebih awal, atau…”Adeline segera menarik lengannya, memotong ucapan itu. “Sudahlah, yang penting kita selamat.”Ini bukan salah sopir. Jika tebakan Adeline benar, ini adalah peringatan, sebuah penegasan bahwa isi email tadi bukan omong kosong.Awalnya ia mengira itu sudah cukup menjadi ancaman. Ternyata ia

“Aku, Adelia Stefani, masih ada orang yang tidak bisa kutemui?” nada bicaranya penuh keyakinan.“Soal orang itu ada di mana, biar aku tanyakan. Orang ini cukup aneh, mau bertemu dengannya tidak mudah,” Adelia meletakkan perhiasan di tangannya, lalu menoleh pada Adeline, “Boleh aku ambil fotonya?”Adeline tentu saja tidak keberatan. Selama bisa menemukan orang itu, apa pun caranya akan dia lakukan.Adelia pun sibuk sebentar, setelah selesai menaruh ponselnya ia berkata santai, “Beres, tinggal tunggu kabar dariku.”“Dari pihak Ken juga bilang ada petunjuk,” Adeline tidak menutupi hal itu darinya.Adelia sempat terlihat tertegun, “Dia juga membantumu? Jarang sekali… biasanya dia tidak suka ikut campur urusan orang lain. Hebat sekali, Nyonya Muda Brown yang kedua memang punya pesona luar biasa.”Ucapan itu membuat Adeline tiba-tiba teringat perkataan yang ia dengar pada hari check-out hotel, sorot matanya sedikit mengandung gurauan. “Kedengarannya kok agak pahit, jangan-jangan kamu dengan

[Putra sulung Keluarga Brown masuk penjara!][Keluarga Brown runtuh dalam semalam, kejayaan telah berakhir.]...Berita yang memenuhi layar, ditambah rekaman video saat Leo dibawa pergi, seketika mendominasi seluruh jagat maya. Dalam pandangan semua orang, Keluarga Brown jelas sedang menghadapi krisis besar.Namun, suasana di kediaman keluarga Brown justru terasa tenang. Kemantapan menghadapi masalah bukanlah sesuatu yang dimiliki setiap keluarga. Keluarga Brown bisa demikian bukan hanya karena tak merasa bersalah, tetapi juga karena mentalitas mereka yang kuat. Terlebih lagi, ada Adelia yang masih bisa berseloroh, “Bahkan saat Leo ditangkap pun dia tetap terlihat tampan.”Fokus perhatiannya selalu tak biasa. Stanley melirik istrinya, lalu berkata dingin, “Kalau tak ingin bicara, lebih baik diam.”“Dia memang tidak salah,” Stella, seperti biasa, selalu membela menantunya.Adelia duduk di sisi Stella sambil menambahkan, “Ayah saya sudah menghubungi orang-orangnya. Beliau juga berjanji,