All Chapters of Kau Menikah, Aku Mengikhlaskan: Chapter 211 - Chapter 220

249 Chapters

Bab 211 Ada Apa Katakan, Jangan Bertele-tele

Dia mengerti, tapi tetap merasa tertekan.Leo mengalami masalah, lalu ia justru memilih untuk menceritakan rahasia terbesarnya kepada Adeline, hanya kepadanya seorang. Itu adalah sebuah kepercayaan yang setara dengan menyerahkan hidupnya, sebuah kepercayaan yang bahkan tak diberikan pada orang tuanya sendiri.Namun, jelas sekali di dalam hati Leo masih ada orang lain.Adeline tahu bahwa pada saat seperti ini memikirkan soal cinta terkesan terlalu sepele. Tapi ia tak bisa menahannya. Leo benar-benar membuatnya bingung dan ragu.Setelah semua ini berakhir, ia tahu dirinya harus kembali meninjau hubungan mereka. Lagi pula, janji tiga bulan yang pernah ia ucapkan pun sudah hampir sampai pada waktunya.Isu mengenai Leo hanya ramai dibicarakan kurang dari setengah hari, lalu menghilang begitu saja. Jelas ada tangan yang bekerja di balik layar.Gelombang yang terlalu besar bisa mengungkap hal-hal yang seharusnya tetap tersembunyi. Rupanya, pihak itu pun merasa gentar.Adeline teringat pesan L

Bab 212 Semua Masalah Datang Bersamaan

“Adeline!”Begitu telepon tersambung, suara Felix terdengar penuh perasaan memanggilnya.“Barusan Valencia mengirim beberapa foto padaku, itu dari kamu?” Adeline tidak membuang waktu dengan kata-kata bertele-tele.Felix terdiam, dan dari keheningan itu Adeline langsung tahu jawabannya. Dada terasa sesak, suaranya bergetar, “Kamu bisa menemuinya? Atau….”Kalimat berikutnya tak bisa ia susun, akhirnya ia berhenti.Dia bukan tipe orang yang akan kehilangan kata-kata hanya karena gugup, kecuali saat benar-benar dilanda rasa takut.Felix mengerti kekhawatirannya soal Leo. “Dalam dua puluh empat jam tidak mungkin bisa menemuinya. Foto itu dikirim diam-diam oleh orang dalam kepadaku… jangan terlalu khawatir, hanya luka-luka di kulit…”Hanya luka di kulit? Apa itu tidak termasuk luka?Apalagi, Leo itu takut sakit….“Adeline.” Mendengar ia diam, Felix kembali memanggilnya dengan lembut. “Ini urusan orang-orang di atas yang sedang menggerakkan sesuatu. Aku juga sedang berusaha mencari hubungan,

Bab 213 Ternyata Dialah yang Memegang Kunci

Detik berikutnya, Adeline kembali menutup pintu.Dokter Richard menoleh padanya dengan heran, Adeline pun menatap langsung ke matanya. “Dia tiba-tiba saja terbangun begitu?” tanyanya.Tadi saat di telepon, Adeline memang tidak menyinggung pertanyaan itu.“Iya.” Dokter Richard hanya memberi jawaban singkat.Adeline terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Siapa yang pertama kali menyadari dia terbangun?”“Perawat. Tapi aku juga ada di sana. Setelah pemeriksaan rutin selesai, kami sempat berbincang, lalu perawat itu menyadari matanya terbuka.” Dokter Richard menatap Adeline lekat-lekat. “Ada yang mengganjal?”“Kalian membicarakan apa saat itu?” tanya Adeline lagi.Mendengar pertanyaan itu, sorot mata Dokter Richard dalam seketika.“Saat itu perawat menyinggung soal musibah yang menimpa Tuan Leo...”Sampai di situ, ia pun berhenti. Tak perlu penjelasan lebih jauh, ia pun mengerti.“Jadi kabar tentang Tuan Leo yang membuatnya tersadar.”Adeline mengangguk pelan, lalu berbisik, “Ternyata diala

Bab 214 Dia Juga Ingin Cincin

Anastasia menatap Adeline, namun sama sekali tidak memberi tanggapan.Adeline mengira dia masih merasa takut dan khawatir. “Anastasia...”“A... a...” Anastasia berusahaberbicara, seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya terbata-bata, tak bisa keluar dengan jelas. Wajah pucatnya karena itu memerah, menunjukkan kegelisahan.Adeline menggenggam erat tangannya. “Jangan panik, pelan-pelan saja... lihat mataku, lalu sampaikan padaku apa yang ingin kamu katakan.”Dulu hubungan mereka begitu baik, bahkan Adeline pernah bercanda bahwa mereka seakan saling terhubung hati dan pikiran. Tapi sekarang baru ia sadari, betapa sombong dan naifnya ucapan itu dulu, ia bahkan tidak menyadari luka yang pernah dialami Anastasia saat itu.Namun, setidaknya lewat tatapan, mereka masih bisa saling mengerti. Adeline yakin ia bisa membaca isi hati Anastasia.Tatapan Anastasia perlahan turun, dari wajah Adeline, lalu ke pakaian yang ia kenakan, hingga akhirnya berhenti pada cincin di jari tangannya. Dan k

Bab 215 Benda Pengikat Cinta

“Jangan cemas dulu, cincin itu pasti akan bisa ditemukan. Bisa jadi cincin itu ada di tangan Leo,” Adeline hanya bisa menenangkannya dengan kata-kata seperti itu.Namun, Anastasia justru semakin panik. Wajah kecilnya yang memang sudah pucat kini semakin kehilangan warna, dipenuhi ketakutan dan kegelisahan.Adeline segera menyadari ada yang tidak beres. “Anastasia, cincin itu… apa ada sesuatu yang istimewa?”Anastasia menatap tanpa berkedip. Napas Adeline ikut menegang. “Anastasia, kau harus memberitahuku. Hanya dengan begitu aku bisa benar-benar membantumu mencarinya.”Namun, Anastasia tetap diam. Hanya air matanya yang mengalir jatuh.Setelah begitu lama terbaring, tubuhnya rapuh bagai boneka porselen. Dan kini ia menangis, benar-benar membuat orang tak sanggup melihatnya.Terlebih, ia baru saja sadar dari koma, Adeline khawatir emosinya terguncang. Maka ia buru-buru mengangguk dan berjanji, “Baik, aku akan mencarikannya. Pasti bisa ditemukan.”Tapi… di mana ia harus mencari?Orang pe

Bab 216 Password Brankas

Password?Adeline sama sekali tidak tahu password brankas milik Leo.Namun ia tetap ingin mencoba. Setelah bertanya kepada staf bank berapa kali kesempatan memasukkan password yang tersedia, Adeline mulai mencoba untuk pertama kalinya. Ia tidak mengetik tanggal lahir Leo.Bagi pria sebesar dia, tanggal lahirnya sama saja dengan hari besar seperti Tahun Baru, semua orang tahu. Menjadikan itu sebagai password sama saja dengan tidak memberi password sama sekali.Adeline lalu memasukkan tanggal lahir Anastasia. Ia pernah mendengar orang bilang, seorang pria yang benar-benar mencintai seorang wanita akan menjadikan tanggal lahir wanita itu sebagai password. Entah siapa yang pertama kali mengatakan itu, tapi banyak pasangan kekasih yang memang melakukannya.Leo begitu mencintai Anastasia, tanggal lahirnya tentu jadi pilihan pertama.[Maaf, password yang dimasukkan salah.]Adeline agak terkejut. Ternyata bukan tanggal lahir Anastasia.Apakah mungkin justru sebaliknya? Leo malah memakai tangga

Bab 217 Ponsel yang Tersembunyi

“Ini yang kau maksud?”Adeline menyerahkan cincin itu kepada Anastasia sambil bertanya.Anastasia meraih cincin itu dengan kedua tangannya, cahaya haru berkilat di matanya. Jawaban sudah jelas terlihat tanpa perlu kata-kata.Adeline menghela napas lega lalu tersenyum, “Kalau memang begitu berharga, pakailah kembali.”Namun setelah mengucapkan kalimat itu, ia segera menyesalinya. Anastasia yang sekarang sudah jauh berbeda dengan tujuh tahun lalu. Setelah terbaring begitu lama, tubuhnya menyusut banyak, otot-ototnya melemah, jemari pun menjadi lebih kurus. Bagaimana mungkin cincin tujuh tahun lalu masih bisa masuk di jarinya?“Maaf, Anastasia…” Adeline buru-buru hendak menjelaskan.Anastasia hanya menggenggam cincin itu di telapak tangannya, lalu menggeleng pelan, memberi isyarat bahwa ia tidak mempermasalahkannya.Adeline tersenyum lagi. “Yang penting sudah ditemukan. Nanti, setelah kau makan lebih banyak dan tubuhmu pulih, cincin ini pasti bisa kau kenakan lagi. Oh ya, masih ada ini.”

Bab 218 Pernah Mengubur Orang

“Adeline, tempat ini belum dibongkar. Tapi dua hari lagi bakal mulai. Benar-benar tepat waktu!”George datang lebih cepat daripada Adeline, ia sudah menunggu di sana.Mendengar itu, Adeline pun menghela napas lega, melangkah masuk seraya bertanya, “Kau bisa menggali tanah, bikin lubang?”George mengernyit. Jujur saja, ia bahkan tak akrab dengan alat-alat gali begitu.“Pernah… mengubur orang,” jawabnya akhirnya.Adeline meliriknya. George menyeringai miris. “Sungguh. Waktu itu bareng Leo juga…” Orang-orang ini memang pernah melakukan hal-hal yang tak manusiawi. Termasuk Felix. Di dunia bisnis, jarang ada tangan yang benar-benar bersih.Lapangan latihan lama diselimuti debu, rerumputan liar tumbuh di mana-mana. Suasananya begitu muram sampai nyaris tak terbayang betapa riuhnya tempat ini dulu.Adeline berlatih di sini tiga tahun, banyak sudutnya menyimpan jejak ingatan yang dalam. Kini yang tersisa hanya puing dan semak, hatinya seolah ikut terlapisi debu.Tiba-tiba ia teringat sebuah k

Bab 219 Sarang Rahasia Leo

Sebuah kotak besi yang dibungkus rapat dengan beberapa lapisan plastik, tertimbun di bawah tumpukan bata tanah, akhirnya berhasil digali keluar.George dengan hati-hati membuka lapisan plastik itu satu per satu, lalu mencongkel kotak besi tersebut. Begitu kotaknya terbuka, di dalamnya tampak sebuah ponsel yang masih terbungkus plastik.Adeline langsung mengenalinya, itu adalah ponsel milik Anastasia.“Sudah selama ini terkubur, pasti tidak bisa dinyalakan lagi,” komentar George terus terang.“Kita keluar dulu dari sini,” ujar Adeline sambil waspada, matanya menyapu sekeliling.George pun mengikutinya berjalan keluar. “Adeline, masih ada yang perlu saya lakukan?”“Cari orang yang bisa dipercaya untuk membuka ponsel ini, lalu keluarkan semua isinya,” jawab Adeline, kemudian berhenti sejenak sebelum melanjutkan, “George, aku harus ikut. Bukan karena aku tak percaya padamu, tapi aku harus bertanggung jawab pada Anastasia.”George mengangguk paham. “Adeline tak perlu menjelaskan, saya menge

Bab 220 Menunggu Ikan Tergoda Umpan

Sikap Adeline membuat George agak gelisah. “Adeline, benda ini sangat penting, itu adalah kartu tawar-menawar dengan orang itu.”“Aku tahu.” Jawabnya tenang, tanpa gelombang sedikit pun.George paling takut menghadapi orang seperti ini. Orang lain sudah gelisah seperti semut di atas wajan panas, tapi dia tetap datar seolah tak ada urusan. Tak bisa dipungkiri, dia semakin mirip dengan Leo, benar-benar membenarkan pepatah, dekat dengan tinta, lambat laun ikut menghitam.“Lalu kenapa kau masih menahannya? Karena Anastasia? Kau ingin melindunginya?” tebak George.Bulu matanya yang lentik terkulai alami, sosoknya yang tenang memancarkan keindahan dingin. “Aku tahu batasanku.”George masih ingin berbicara lagi, tapi Mikaylo menggeleng ringan padanya. Mau tak mau ia menelan kembali kata-kata itu.Tak lama kemudian, ponsel berhasil diperbaiki. Setelah menerimanya, Adeline menyampaikan terima kasih lalu pergi.George tidak ikut. Ia masih tinggal dan melampiaskan keluh kesahnya pada Mikaylo. “Ak

...

20 21 22 23 24 25

SCAN CODE TO READ ON APP