Share

Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan
Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan
Author: Oranye

Bab 1

Author: Oranye
Sebulan sebelum menikah dengan tunanganku, Leon, dia bersikeras ingin punya anak dengan sahabat kecilnya.

Aku jelas menolak, tetapi dia terus membahasnya setiap hari, mendesak tanpa henti, seperti sedang menegosiasikan transaksi yang tak boleh gagal.

Sampai dua minggu sebelum hari pernikahan, aku menerima paket anonim.

Isinya adalah hasil tes kehamilan dari sebuah klinik pribadi elit di Manattan.

Tertulis jelas di sana.

[Nafa Adolf, hamil lima minggu tiga hari.]

Saat itu juga aku sadar sepenuhnya bahwa Leon tak pernah berniat meminta persetujuanku.

Keputusannya sudah bulat dan aku, tunangan resminya, hanya diberi pemberitahuan.

Aku duduk di depan jendela besar apartemen, memandangi jalanan kota yang gemerlap. Tubuhku terasa membeku.

Keesokan harinya, aku batalkan pemesanan tempat pernikahan, merobek semua undangan, dan membakar semua hadiah darinya. Mulai dari cincin pertunangan sampai surat lamaran yang dia tulis sendiri.

Di hari pernikahan, aku tak datang.

Sebaliknya, aku naik pesawat ke Mian, Negara Itala, dan resmi bergabung dengan Pusat Medis Internasional untuk memulai studi pascasarjana bidang kedokteran klinis.

Sejak saat itu, hubunganku dengan Leon Egon berakhir total.

"Aku sudah jelaskan berkali-kali. Nafa hampir nggak bisa bertahan lagi. Kanker sumsum tulangnya sudah masuk tahap akhir. Dokter bilang, dia paling lama cuma punya waktu satu tahun. Keinginan terakhirnya adalah punya anak, biar bisa meneruskan garis keturunan keluarganya. Aku berutang nyawa padanya. Ini bukan sekadar balas budi, tapi juga janji antara dua keluarga mafia."

Leon berdiri di depanku, berbicara lembut seperti biasa. Namun, setiap katanya seperti menusuk langsung ke hatiku.

Lima tahun lalu di jalanan Chigo, Keluarga Adolf baku tembak dengan pengedar narkoba dari Bost. Leon pasti tertembak jika Nafa tidak menghadang peluru itu untuknya. Sejak saat itu, di matanya, Nafa jadi semacam malaikat penyelamat.

Namun, aku tak mengerti.

Mengorbankan aku, menjadikanku alat balas budi, itu yang disebut cinta?

"Itu cuma inseminasi buatan." Dia masih mencoba membujukku. "Aku dan dia nggak akan punya hubungan apa-apa. Ini cuma untuk punya anak."

Dia terdiam sejenak. Tatapan matanya tampak rumit. "Kamu mencintaiku, 'kan? Kalau kamu mencintaiku, kamu harus mengerti dan rela."

Aku berdiri dengan marah, suaraku gemetar karena marah. Aku menjawab, "Leon, bulan depan kita akan menikah. Tapi, kamu diam-diam menghamili wanita lain. Di matamu, aku ini apa?"

Dia terdiam.

Saat menunduk, aku melihat sedikit keraguan di matanya. Mungkin rasa bersalah atau sekadar kebiasaan menghitung untung rugi.

Namun, detik berikutnya, ekspresinya kembali tenang, suaranya rendah dan tegas. "Elea, ini bukan cuma urusanku dan Nafa. Ini keputusan dua keluarga."

"Dalam perundingan antara Keluarga Egon dan Adolf, kalau kami punya anak, dendam yang sudah berlangsung sepuluh tahun akan berakhir."

"Aku nggak mungkin menentang keputusan keluarga," tambahnya.

Aku menatapnya dan tiba-tiba dia terasa sangat asing.

Padahal kami tumbuh besar bersama, dari kawasan miskin di Broolyn hingga ke fakultas kedokteran di Manattan. Aku selalu ada disisinya.

Kami punya cinta yang murni, hanya untuk kami berdua.

Namun, kenyataannya, dia tak pernah benar-benar berpihak padaku. Dia hanya menganggapku sebagai tunangan yang tepat, lembut, anggun, tidak suka cari masalah, cukup pintar, tahu batas. Citra yang cocok untuk calon pewaris Keluarga Egon.

Gadis kecil yang benar-benar ada di hatinya, bukan aku. Melainkan gadis yang sejak umur lima tahun diam-diam bermain pistol air dengannya, putri dari musuh bebuyutan keluarganya, gadis yang bahkan ketika berada di kubu lawan, tetap disimpan di hatinya.

Dia mencintaiku? Mungkin.

Namun, begitu keluarga, kekuasaan, balas budi, dan si gadis masa kecil muncul di sisi lain timbangan, akulah yang selalu pertama dikorbankan.

Dia masih ingin bicara sesuatu, tetapi sebuah panggilan masuk menyela ucapannya.

Dia berjalan cepat ke balkon untuk menjawab telepon. Nada bicaranya berubah lembut dan dalam.

Aku tak bisa dengar isi percakapannya, hanya bisa melihat senyum samar di sudut bibirnya.

Senyuman itu ... sudah lama sekali tidak pernah dia tunjukkan padaku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 17

    Aku sudah berjanji. Malam harinya, seseorang mengantarkan undangan dan permen manis pernikahan.Leon membuka sebutir permen, lalu perlahan memasukkannya ke dalam mulut, seakan sudah lama tak merasakan manis seperti ini.Di hari pernikahan, para tamu datang silih berganti.Tom mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya. Auranya begitu kuat.Aku menatap pria di sampingku. Hatiku dipenuhi rasa tenang dan bahagia yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Setelah bertemu Tom, aku baru mengerti apa itu cinta sejati, tanpa kepura-puraan, tanpa rasa curiga.Saat upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan ayahku, perlahan berjalan menuju Tom.Ayahku menyerahkan tanganku ke tangan Tom dengan sungguh-sungguh. Dia berkata, "Anakku kutitipkan padamu."Tom pun bersumpah dengan tulus, "Tenang saja, aku akan menjaganya dengan seluruh hidupku."Lalu, kami mengucap janji, bertukar cincin, dan berciuman dengan penuh cinta.Suasana langsung pecah oleh tepuk tangan dan gemuruh teriakan bahagia

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 16

    Rasa sakit yang kupikir akan menyiksaku ternyata tak pernah datang.Aku segera menoleh. Leon berdiri di depanku, tubuhnya menjadi tameng. Satu tangannya menekan perutnya erat-erat, darah mengalir deras. Dia terhuyung, lalu jatuh ke pelukanku."Leon!" Aku segera memapahnya. Tanganku yang satunya buru-buru menekan tombol panggilan darurat. Hanya ada satu hal di pikiranku. Menghentikan darah ini, secepatnya!"Kamu gila, ya?" teriakku sambil menekan lukanya. Jari-jariku basah oleh darah hangatnya.Kesadarannya mulai memudar, wajahnya pucat pasi. Namun, dia tetap memaksakan diri membuka mata, tersenyum lemah. "Ternyata, ditusuk itu sakit, ya. Waktu itu ... kamu juga sesakit ini?"Dadaku terasa sesak, mataku panas.Sebelum ambulans datang, suara sirine yang nyaring menggema. Di detik itu juga, dia kehilangan kesadarannya.Operasinya berlangsung selama tiga jam. Dokter bilang lukanya tak mengenai organ vital, tetapi dia kehilangan banyak darah.Aku akhirnya bisa bernapas lega. Aku duduk lemas

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 15

    Belum sempat aku bicara, ekspresinya sudah kacau."Aku bisa jelaskan! Dulu, aku benar-benar mengira Nafa adalah orang yang menyelamatkanku. Di antara kami, kami nggak pernah ada perasaan apa-apa."Suaranya tercekat, matanya merah."Baru setelah kamu pergi, aku sadar, ternyata enam tahun lalu malam itu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu. Selama ini aku salah orang, Elea."Tatapan Leon penuh penyesalan, ada cahaya seolah memohon. Dia pikir, dengan mengungkap kebenarannya, aku akan memaafkannya.Namun, dia salah.Malam itu, akulah yang menyelamatkannya. Aku menjahit luka tembaknya, menghentikan pendarahan di bawah lampu steril. Namun, aku tak pernah menceritakannya. Itu masa lalu yang kami berdua sengaja hindari.Leon salah mengenali orang. Sekali salah, tetapi membawa kesalahan seumur hidup.Dia bertanya dengan lirih, "Anak waktu itu, aku nggak biarkan Nafa melahirkannya. Sekarang, aku sudah tahu semuanya, Elea. Bisakah kita kembali seperti dulu?"Aku menggeleng tanpa ragu."Itu ngg

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 14

    Dulu aku mati-matian berusaha membahagiakannya, tetapi dia tetap dingin bagai batu yang tak pernah bisa dihangatkan.Sampai Nafa muncul, barulah aku sadar bahwa dia bukan tak punya perasaan, dia hanya tak mencintaiku.Dua tahun lalu, aku sendiri yang merobek perjanjian pernikahan kami dan mundur demi kebahagiaan mereka.Sekarang mereka sudah putus, tetapi kenapa dia justru memperlihatkan seolah masih mencintaiku?Aku berkata dengan nada dingin, "Maaf, Tom adalah tunanganku. Kami akan menikah tanggal delapan belas, tinggal sepuluh hari lagi."Wajah Leon langsung pucat pasi. Matanya merah, seperti tak sanggup menerima kenyataan bahwa aku benar-benar akan menikah dengan orang lain.Namun, aku tak ingin berurusan dengannya lagi. Aku langsung mengajak semua orang pergi ke tempat lain. Saat melewatinya, dia refleks menarik ujung bajuku.Aku tanpa ragu menepis tangannya dan menggandeng Tom pergi, meninggalkan Leon berdiri kaku di tempat.Di dalam mobil, Tom tiba-tiba melepaskan genggaman tang

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 13

    Dua tahun kemudian, di Bandara Manattan.Aku mendorong koper keluar dari terminal. Udara yang familier langsung menyambutku.Hari aku meninggalkan Manattan, aku sendirian. Dua tahun kemudian saat kembali, aku datang bersama Tom.Penelitian pertamaku sudah selesai. Pihak rumah sakit memberiku izin cuti dua bulan. Aku memutuskan untuk kembali ke sini karena ada sesuatu yang harus kuselesaikan, sebuah perpisahan yang belum sempat kulakukan dengan layak."Senior, kalau kamu nggak cepat-cepat, kita bisa telat nih!" Tom menarik tanganku dan mulai berlari.Lina sudah bilang sejak pagi ingin mengadakan pesta penyambutan untukku. Karena selama dua tahun ini, aku memang belum sempat bertemu teman-teman lama, makanya aku pun menyanggupi.Saat kami bergegas naik ke lantai atas, aku sempat merasa melihat sosok yang familier, tetapi tak kupikirkan lebih lanjut.Begitu pintu ruang makan VIP dibuka, pita-pita warna-warni langsung berjatuhan dari atas."Kamu tuh, ya, dua tahun nggak ada kabar. Aku hamp

  • Pernikahan Tak Bisa Dilanjutkan   Bab 12

    Leon duduk lemas di kursi kulit. Matanya merah, sementara tangannya menggenggam erat laporan yang baru saja diterimanya."Nafa, orang yang menyelamatkanku enam tahun lalu ... Itu bukan kamu."Ekspresi Nafa sempat menegang, tetapi dia masih berusaha tersenyum lembut dan menggenggam tangan Leon."Leon, kenapa tiba-tiba bicara begitu? Kamu pasti lelah ...."Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Leon sudah mengentakkan tangan Nafa. Suaranya rendah, tetapi penuh amarah."Berhenti pura-pura! Aku sudah lihat rekaman CCTV waktu itu. Yang menyelamatkanku adalah Elea. Dia yang menemaniku melewati masa paling kelam dalam hidupku!"Wajah Nafa seketika pucat pasi.Dulu, saat lewat di rumah sakit secara tak sengaja, Leon yang baru siuman salah mengira Nafa sebagai penyelamatnya. Harusnya Nafa meluruskan saat itu juga. Namun, karena tergoda oleh perasaan sesaat, Nafa memilih diam. Setelah itu, keluarganya mengirimnya ke luar negeri. Mereka putus kontak. Ketika kembali, Nafa telah mengidap kanker

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status