All Chapters of TERJERAT CINTA SANG DUDA: Chapter 91 - Chapter 100

Polisi masih mendalami jaringan para penyebar berita tersebut. Dari semua keterangan saksi, semua tertuju pada dua nama, Prita dan Renata. Hanya saja, mereka masih membutuhkan bukti tambahan sehingga belum memberikan surat panggilan pada dua wanita tersebut. Sore itu, Kay menemani Jehan sambil memeriksa notifikasi email masuk. Usai makan, gadis kecil itu kini sedang menonton film edukasi yang Kay memang sengaja settingkan. Jehan duduk sambil menatap layar televisi yang berisi film edukasi. Sementara itu, Kay rebahan di karpet beludru di samping Jehan sambil memeriksa gawai.Kedua alis Kay saling bertaut ketika mengecek notifikasi tersebut dan ternyata ada perubahan jadwal adapatasi kedokterannya.“Hah? Aku dapat di Ainsley Grup pusat? Kok bisa? Bukannya kemarin di rumah sakit pemerintah yang di Semarang?” Kay yang sedang rebahan sambil bersantai, langsung duduk. Dia abaikan rambutnya yang terurai dengan ikat rambut yang hampir lepas. Kay masih membaca deretan tulisan dalam email it

Prabu mengabaikan pesan yang masuk. Dia menyugar rambut, lalu berdiri dan berjalan melewati deretan lemari dan menuju jendela. Udara pagi yang cerah di luar sana, nyatanya tak bisa membuat harinya menjadi lebih baik. Kabar dari dua perempuan yang kini berada di kantor polisi, membuatnya sakit kepala. Menjelang siang, Prabu kedatangan tamu. Rupanya kuasa hukum Prita dan Renata yang datang menemuinya. Mereka kompak meminta agar Prabu memaafkan klien mereka dan mencabut laporannya. Namun, Prabu belum memberikan keputusan juga. “Biarkan mereka merasakan dinginnya jeruji sambil menunggu sidang, Pak. Saya bukannya tega, tetapi hanya ingin memberikan efek jera. Bantu agar masalah ini tak terekspose ke media saja.” Prabu menatap dua lelaki berjas rapi yang kini duduk di depannya.“Baik, Pak Prabu. Saya rasa, Anda harus berpikir bijak. Saat ini klien kami menjadi tahanan sementara, kurang lebih empat puluh hari sambil menunggu pelimpahan berkas ke kejaksaan. Mohon dengan sangat agar Pak Pra

Bahu Reinan melorot. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, dia memang sedang butuh liburan. Keluarganya memang bukan orang susah, tetapi dia belum bisa menghasilkan uang dari keringat sendiri. Tentunya hal-hal yang gratis akan selalu menarik baginya. Gantari pun menjelaskan, jika pagi, Kay akan mengantar Jehan, lalu siang menjemputnya. Kadang, dua atau tiga hari sekali, Kay sendiri yang langsung ke supermarket untuk belanja. Dia tak setiap hari memasak untuk Prabu, tetapi ada hari-hari di mana dia ingin menyuguhkan masakan itu untuk suaminya. Reinan mendengarkan penjelasan dengan seksama. Sebagai seorang lelaki yang kerap bergonta-ganti wanita, Reinan sudah berpengalaman untuk menaklukkan mangsa. Biasanya mudah, hanya diajak kencan, ngopi, nonton, tetapi Kay diajak ngobrol saja sudah menghilang.Keesokan harinya, Reinan sudah mulai menjalankan aksinya. Dia berpura-pura mengantar keponakannya sekolah. Tentunya Reinan akan muncul setelah Jehan masuk ke gerbang. Dia bertegur sapa dengan Kay,

"Halo, Dokter Kay, ya? Baru hari ini gabung, ya?" Seorang pria dengan jas putih dan name tag bertuliskan Dr. Arya, Sp.B berdiri di depannya. Pria itu berusia sekitar tiga puluhan, dengan senyum ramah, Kay pun membalas senyumannya dan mengangguk sopan. "Ya, benar. Salam kenal, Dok." Kay membalas sambil menerima jabatan tangan dokter Arya.“Salam kenal, kalau lagi gak tugas panggil Mas Arya saja, Kay. Selamat datang di Ainsley Grup. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk bertanya, ya!" ujarnya."Terima kasih hmmm, Mas," jawab Kay dengan sopan. Tadi sewaktu perkenalan, dokter Arya sedang tak ada di ruangan. Siapa sangka, dia menghampiri Kay langsung sekarang.Keduanya duduk dan mulai makan siang. Dokter Arya rupanya sosok yang senang bercerita. Sesekali Kay tertawa menghargai usaha dokter Arya yang menceritakan kelucuan, walau sebenarnya terkesan tak lucu. Namun, dari obrolan tersebut, sedikit memberi Kay sedikit gambaran tentang lingkungan kerjanya. Ia merasa beruntung bisa berada di te

“Ya, masa lambaikan kaki, susah, Mas!” Kay tak paham jika Prabu benar-benar cemburu, dia menjawab sekenanya sambil meraih tangan Prabu dan menciumnya. Namun, Prabu tak memberinya kecupan pada kening ataupun bibir seperti biasa. Moodnya masih rusak. Siang tadi saja masih kesal melihat Kay mengobrol dengan dokter Arya---dokter muda bertalenta. Sore ini, dia melihat pengemudi mobil online melambaikan tangan kepada Kay.“Gak mungkin ‘kan aku harus mengurungnya di rumah. Padahal sudah kusuruh pakai kerudung, tetap saja banyak yang mendekati, ck!”Hanya dalam dada, Prabu menggumam.Usai mencium tangan Prabu, Kay beranjak ke dalam. Rasa lelah cukup mendominasi hari ini. Prabu mengekorinya, dia masih berdiri ketika Kay duduk pada sofa dan meletakkan tas kerja juga jas dokternya. Bi Sumi datang dan meletakkan air bening di meja, lalu beranjak kembali ke belakang.“Kay ingat, ya, saya ini suami kamu.” Suara itu terdengar datar. Kay menoleh sekilas ke arah Prabu yang bersedekap, berdiri tak jauh