Firly melangkah keluar dari ruangan Prabu dengan langkah gontai. Setiap langkah terasa begitu berat, seolah-olah kakinya tertanam dalam tanah. Sepanjang lorong rumah sakit yang sepi, pikirannya terus berkecamuk, mengulang-ulang setiap kata yang baru saja diucapkan Prabu padanya. Tangannya mengepal erat, matanya sedikit memanas, dan dadanya terasa sesak. Baru saja dia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk menyatakan perasaannya, tetapi respons Prabu justru seperti pisau tajam yang mengoyak harapannya berkeping-keping."Firly, kamu tahu saya sudah menikah, bukan?" Prabu mengatakan itu dengan suara yang datar, seperti sebuah pernyataan yang tak bisa diganggu gugat."Aku tahu, Mas. Tapi aku juga tahu bahwa aku bisa menjadi pendamping yang baik untukmu. Aku bisa membantumu, memahami duniamu, dan mendukung semua yang kamu lakukan. Aku…" Firly berhenti sejenak, menarik napas, "Aku hanya ingin diberi sebuah kesempatan."Prabu menatapnya lama. Sorot matanya tajam, penuh ketegasan. Firly bis
Last Updated : 2025-06-29 Read more