Di lorong rumah sakit yang panjang, dingin, dan penuh aroma antiseptik. Lampu neon putih pucat menggantung di langit-langit, menyinari lantai licin yang berkilau namun terasa menakutkan. Jam dinding berdetak pelan, seakan memperlambat waktu.Di salah satu sudut, Alana duduk sendirian di kursi plastik ruang tunggu di luar unit perawatan intensif. Gaun pesta yang masih melekat di tubuhnya sudah lusuh, sobek di beberapa bagian, dan ternoda darah Brian yang telah mengering menjadi warna cokelat gelap. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat, dan matanya kosong, menatap lurus ke lantai.Tangannya gemetar pelan. Ia menatap jemarinya sendiri, masih bisa merasakan sensasi menekan luka tembak Brian, hangatnya darah yang mengalir di bawah telapak tangannya. Setiap kali memejamkan mata, semua kejadian malam itu kembali berputar, seperti mimpi buruk yang tak ada habisnya. Ledakan, teriakan, asap, dan suara letusan pistol yang memekakkan telinga.Ceklek. Pintu di ujung koridor terbuka, dan suara lan
Last Updated : 2025-09-22 Read more