Lahat ng Kabanata ng Menjadi Istri Kesayangan Presdir Tampan: Kabanata 91 - Kabanata 100

Bukannya mengindahkan peringatan Theo. Wildan masih nekat memantau apartemen untuk mendapatkan berita lain tentang Ayudhia. Dia berada di dalam mobil dengan beberapa kamera yang dipasang menghadap ke arah pintu keluar apartemen.“Apa tidak lebih baik berhenti saja?” tanya rekan Wildan. Dia menatap cemas pada temannya itu.Tanpa menoleh pada rekannya, Wildan bicara dengan santai. “Apanya berhenti? Berita ini masih panas, kemarin kamu juga ikut mendapat benefit lebih dari berita ini. Apa kamu tidak mau lagi?” “Ya, tapi melihat kejadian tadi. Aku yakin pria itu tidak main-main,” balas rekan Wildan.Wildan menoleh ke temannya, lalu membalas, “Kamu takut? Dia hanya menggertak. Aku yakin dia takkan berani macam-macam.”Rekan Wildan diam. Dia mencoba mengingat di mana pernah melihat wajah Theo yang tidak asing baginya.Saat baru saja selesai bicara, perhatian Wildan teralihkan saat mendengar ponselnya berdering. Dia mengeluarkan ponsel dari saku kemeja dan menatap nama pimpinan redaksi terp

Tatapan mereka saling bertemu. Arlo bergeming dengan tatapan terkunci pada Ayudhia, tubuhnya tiba-tiba membeku sesaat.Bukannya mundur, Ayudhia semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Arlo sampai jempolnya bisa menyentuh ujung bibir suaminya.“Memangnya aku mau apa? Aku hanya mau membersihkan ini,” katanya lalu memperlihatkan sisa saus yang menempel sekarang ada di permukaan jempolnya.Ayudhia melihat tatapan Arlo yang tertuju pada jempolnya, raut wajah Arlo begitu tegang sampai membuat Ayudhia tersenyum. “Sudah kubersihkan, lihat ‘kan,” ucapnya dengan enteng.Ayudhia kembali mendudukkan tubuh ke kursinya. Saat akan kembali menyantap makan malamnya, tatapan Ayudhia lebih dulu tertuju pada Arlo yang masih tegang.Untuk mengurai kecanggungan yang mungkin Arlo rasakan, Ayudhia berkata, “Oh ya, Mama Alina tadi mengirim pesan dan minta agar besok kita ke rumah.”Melihat Arlo yang masih diam, Ayudhia kembali bicara, “Aku juga mau tanya-tanya soal desain ke Mama, apa kamu mau ke sana?” Melih

Sebelum sore menjelang.Ayudhia sudah meninggalkan meja kerjanya dan sekarang berada di dalam lift yang bergerak menuju basement.Ayudhia berdiri sambil membetulkan letak tali tas di pundak, kakinya melangkah keluar dari lift begitu pintu terbuka di basement.Ayudhia mengedarkan pandangan ke basement lalu tatapannya tertuju ke salah satu mobil. Dia bergegas menghampiri lalu langkahnya terhenti ketika tatapannya tertuju pada Arlo yang baru saja keluar dari pintu kemudi.Arlo melangkah memutar ke pintu sisi sampingnya, lalu menarik pintu hingga terbuka untuk Ayudhia.“Masuklah,” kata Arlo.Ayudhia mengangguk lalu segera masuk ke dalam mobil dan segera memakai sabuk pengaman. Dia mengamati Arlo yang sedang berjalan memutar di depan mobil sebelum masuk ke kursi kemudi lagi.Masih menatap Arlo yang sedang memakai sabuk pengaman, Ayudhia bertanya, “Kenapa menyetir sendiri?” “Tidak kenapa-napa,” balas Arlo singkat saat menoleh pada Ayudhia, lalu dia segera melajukan mobil meninggalkan basem

Setelah selesai makan di warung kesukaan Ayudhia. Mereka kini sedang dalam perjalanan menuju rumah Alina. Sepanjang perjalanan, bibir Ayudhia tak berhenti tersenyum. Dia merasakan sesuatu yang berbeda, ada kebahagiaan yang tak pernah dirasakannya kini bisa didapatkannya. Mobil Arlo akhirnya memasuki halaman rumah orang tuanya. Arlo memarkirkan mobil di depan garasi, setelahnya dia dan Ayudhia turun bersama. Begitu menginjakkan kaki di dalam rumah. Alina langsung menghampiri Ayudhia dengan senyum riang lalu memeluknya dengan erat. “Akhirnya kalian datang juga,” katanya. Ayudhia mengangguk-angguk, dia terus tersenyum saat Alina menatapnya setelah melepas pelukan. Sambil menatap Ayudhia dan Arlo bergantian, Alina bertanya, “Apa kalian lapar? Mau mama siapin makanan dulu?” Ayudhia menggeleng pelan. “Tidak usah, Ma. Kami tadi makan dulu sebelum ke sini.” Saat melihat lirikan Alina tertuju ke arahnya, Arlo ikut bicara. “Aku mengajaknya makan ke tempat makan favoritnya.” Mendengar p

“Ada apa?”Ayudhia buru-buru mengalihkan pandangan dari Arlo, mencari-cari alasan yang tepat, akhirnya Ayudhia menjawab, “Itu, tadi ada semut merayap di piyamamu. Aku hanya mau menyingkirkannya.”Kening Arlo berkerut dalam. Dia melepas tangan Ayudhia lalu melirik ke piyamanya dan tidak ada apa-apa.Masih dengan ekspresi panik, Ayudhia kembali menjelaskan, “Tadi sepertinya semutnya sudah lari.”Sambil menengok ke sisi kanan dan kiri untuk mencari-cari semut yang tak pernah ada, Ayudhia berkata, “Ke mana, ya? Takut kalau nanti menggigit.”Saat kembali menoleh pada Arlo, Ayudhia melipat bibir dengan ekspresi panik ketika melihat tatapan Arlo. “Sepertinya semutnya sudah hilang