Suaranya serak, rendah, seolah ingin menyingkap ruang yang tersembunyi di dalam hati Runa.“Aku tidak tahu …” ia berhenti sejenak, “… harus kagum … atau justru takut padamu, Runa.”Keheningan merambat di udara. Napas mereka beradu, jarak di antara tubuh terlalu tipis, terlalu panas. Runa mencoba mundur, tapi punggungnya sudah terbentur dinding apartemen. Ia menegakkan dagunya, mencoba tetap tegar, meski matanya bergetar oleh arus liar yang dibawa Kian.Kian mendekat lagi, begitu dekat hingga suara jantungnya terdengar berdegup di dada bidang itu.“Apa aku benar-benar cuma rekan bisnis buatmu?” bisik Kian, suara dalamnya seperti desis api yang menyambar oksigen.Runa memejamkan mata sepersekian detik. Kata-kata itu menghantam dadanya, menusuk pertahanan yang sudah lama ia bangun. Jemarinya, entah karena dorongan marah atau putus asa, meraih kerah kemeja Kian. Bibirnya bergerak, memberikan jawaban atas pertanyaan itu.Kian membalas kecupan itu dengan liar, penuh tenaga, seolah ingin mem
Terakhir Diperbarui : 2025-08-19 Baca selengkapnya