All Chapters of Sentuh Aku Seperti Kau Milikku: Chapter 121 - Chapter 130

Aneh…Sungguh aneh.Leah menatap langit-langit kamar yang masih gelap remang, jantungnya berdegup kencang meski tubuhnya telah jatuh berulang kali ke dalam pelukan kepuasan. Baru sepuluh menit berlalu sejak Alesco menelannya dalam gelombang gairah tanpa ampun, namun tubuhnya justru bergetar lagi, seperti diracuni oleh kerinduan yang tak bisa dijelaskan.Tangannya gemetar, menekan dada sendiri yang naik turun tak karuan. Ia merasakan denyut asing, rasa lapar yang bukan berasal dari pikirannya, melainkan dari tubuhnya yang seakan haus akan suaminya.Gejolak gairahnya tak kunjung mereda“Aku… kenapa seperti ini…” bisiknya pada dirinya sendiri, suara bergetar.Di sampingnya, Alesco masih terengah, lengan kekarnya terkulai di sisi ranjang, keringat menetes dari pelipisnya, tapi sorot matanya, meski lelah, tetap mengunci Leah seakan tak sanggup berpisah walau hanya sedetik. Ia melihat tubuh istrinya yang meronta ha

Pintu kamar berderit pelan ketika Alesco masuk, membawa nampan hitam elegan dengan satu mangkuk besar bubur beruap. Aromanya memenuhi ruangan dalam sekejap. Harum jahe bercampur kaldu ayam menyeruak, tapi bagi Leah yang perutnya masih bergolak, itu justru membuat tenggorokannya menegang.Leah menelan ludah cepat-cepat, berusaha menjaga ekspresi wajahnya. “Ale…” suaranya lirih, tubuhnya mundur sedikit ke sandaran bantal.“Sunshine,” potong Alesco, nada suaranya penuh kebanggaan. “Aku berhasil. Bubur ini tidak gosong, tidak tumpah, dan dapur masih utuh.”Ia meletakkan nampan di nakas, lalu mendekat membawa mangkuk dengan sendok. Tatapannya seperti seorang prajurit yang baru pulang dari medan perang, penuh kemenangan.Leah mencoba tersenyum, tapi perutnya kembali bergejolak. Aroma jahe yang kuat menusuk hidungnya, membuat kepalanya pusing. “Aku… aku…” bibirnya bergetar, wajahnya pucat kemba

Alesco menepuk kepala putrinya lembut setelah beberapa suapan terakhir dari buburnya. Senyumnya tipis, tapi jelas terlihat tulus. “Kau sudah cukup makan, little sunshine. Sekarang… Papa ada urusan sebentar dengan Mama. Jadi, bagaimana kalau Papa titipkan kamu ke Juan?”Valeriah langsung memonyongkan bibir mungilnya. “Hah? Mau dititipin? Aku bukan koper, Pa…”Alesco terkekeh pelan, meski sorot matanya tetap tegas. “Koper tidak bisa cerewet sepertimu. Papa hanya ingin kamu senang, keliling rumah, mungkin bermain di taman. Juan akan menemanimu.”Kepala pelayan, Juan. Seorang pria paruh baya yang Alesco pekerjakan begitu ia mendapat kembali ingatannya—segera maju dan membungkuk hormat. “Dengan senang hati, Tuan.”Valeriah menyipitkan matanya, menatap Juan penuh selidik. “Hmm… paman Juan, kamu bisa main petak umpet nggak?”Juan sempat tertegun, lalu tersenyum hangat.

Alesco duduk santai di ranjang, tapi sebenarnya tidak ada satu pun dari sikapnya yang benar-benar santai. Jemarinya mengetuk-ngetuk kepala ranjang, berulang kali, tak sabar menunggu. Sudah lebih dari setengah jam Leah berada di kamar mandi, dan itu membuat pikirannya dipenuhi kemungkinan yang tak terhitung jumlahnya.Tatapannya sesekali melirik pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Hening. Hanya terdengar suara air yang kadang menyala sebentar, lalu berhenti, begitu seterusnya hingga hampir setengah jam lamanya.Alesco menghela napas panjang, mencondongkan tubuhnya ke depan, siku bertumpu pada lutut, jari-jarinya kini mengetuk permukaan kayu ranjang dengan ritme lebih keras.“Sunshine…” suaranya rendah, nyaris seperti gumaman yang ia tujukan hanya untuk dirinya sendiri. Ada kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan. Setengah dari dirinya ingin mendobrak pintu itu, sementara setengah lainnya takut menghadapi kemarahan Leah jika dia mendobrak pa

“Ria tinggal di sini dengan kakek, sementara papa dan mamamu pergi ya?” Bujuk Thomas begitu mendengar penjelasan Leah jika mereka ingin melakukan pemeriksaan di dokter kandungan“Tidak!”Bukan Valeriah yang menjawab tapi AlescoValeriah yang berdiri di samping Alesco, sontak memandang ayahnya dengan terkejut. "Papa?" ucapnya lirih.Alesco tidak menoleh. Ia masih menatap tajam ke arah Thomas. "Dia tidak akan tinggal di sini. Jangan berharap bisa dekat dengannya lebih dari ini" ujarnya dingin.Leah menghela napas. Ia sudah menduga Alesco akan bereaksi seperti ini. "Alesco, ini hanya sementara. Kita tidak bisa mengajak Ria ke dokter, dan Thomas sudah menawarkan diri..."“Papa... Ria janji tak akan nakal. Jadi Ria temani kakek saja. Kasian kakek sendiri” ucap ValeriahAlesco menghela napas. Jika boleh jujur, dia tak membenci Thomas.Setelah semua yang terjadi Alesco hanya mati rasa. Dia tak menga