"Anda akhirnya datang."Suara itu, setenang permukaan danau di pagi hari, menyambut Rayden. Wanita di kursi roda itu perlahan memutar kursinya. Cahaya bulan dari jendela besar di belakangnya menyinari separuh wajahnya, menciptakan siluet yang memancarkan keanggunan dan misteri.Saat wajahnya sepenuhnya terlihat, Rayden harus mengakui bahwa deskripsi ‘jenius dari keluarga Kalderis’ tidaklah berlebihan.Kara Kalderis memiliki kecantikan yang tajam dan intelektual. Matanya, sehitam malam tanpa bintang, menatap Rayden dengan intensitas yang seolah bisa menembus topeng dan alias apa pun yang ia kenakan.Namun, di balik sorot mata yang tajam itu, ada bayangan samar—jejak dari rasa sakit kronis yang telah lama bersemayam di tubuhnya."Saya berasumsi undangan ini bukan sekadar untuk minum teh, Wakil Bupati," balas Rayden, suaranya tetap datar. Ia melangkah masuk, aura Tuan Kartadewa yang misterius menjadi selubung yang ia kenakan dengan sempurna.Kara tersenyum tipis, sebuah senyum yang tidak
Last Updated : 2025-07-09 Read more