All Chapters of Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica: Chapter 71 - Chapter 80

Wilson menatap Jessica dengan tajam, lalu berjalan pergi sambil terhuyung-huyung."Dasar jalang sialan, kamu tunggu saja."Jessica tidak menghiraukan ancamannya. Dia menghela napas lega, menatap kedua pengawal dengan penuh rasa terima kasih."Terima kasih, Kak. Aku akan mentraktir kalian minum."Namun ....Keduanya menggelengkan kepala untuk menolak, tetap berdiri di depan pintu dengan patuh.Otak Jessica berputar dengan cepat. Dia masih memikirkan strategi, tetapi sudah didesak untuk pergi oleh mereka.Karena takut membuat mereka curiga, Jessia terpaksa berpura-pura pergi. Namun, sebenarnya dia duduk di bawah sambil memperhatikan keadaan di atas.Entah berapa lama waktu berlalu, pintu ruang VIP akhirnya terbuka.Radit tampak berjalan keluar sambil merangkul seorang wanita cantik dengan mesra.Jessica menyipitkan matanya, langsung berdiri untuk mengikuti.Setelah meninggalkan bar, mereka tidak naik mobil, melainkan masuk ke dalam gang yang gelap.Jessica berdiri di pintu masuk gang, ma

Ekspresi Calvin langsung menjadi serius. Dia berkata dengan suara rendah, "Kita bicarakan di mobil."Mobil perlahan melaju, sementara suasana menjadi sedikit tegang.Di bawah tatapan cemas Jessica, Calvin perlahan membuka mulut, "Orangku sudah menemukan kalau memang ada yang salah dengan Dodit."Pria itu terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Alasan mengapa Perusahaan Farmasi Sudarso dulu begitu cepat hancur adalah karena ada orang yang membantu dari balik layar. Mereka menjual informasi kepada media."Di Kota Barna, Perusahaan Farmasi Sudarso juga memiliki kekuatan yang cukup besar.Jika saja semua tidak terjadi dengan begitu tiba-tiba, jika saja Ayah Jessica bisa memiliki waktu yang cukup untuk menghadapinya, keluarga mereka tidak akan sampai jatuh.Calvin menatap Jessica dengan pandangan yang dalam, lalu melanjutkan, "Orang itu adalah Dodit. Nggak hanya itu, setelah kejadian ini, dia membawa teknologi farmasi milik Perusahaan Farmasi Sudarso, lalu pindah ke Perusahaan Farmasi Jaya."Pu

Jessica mondar-mandir di dalam kamar, hatinya merasa sedikit gelisah.Awalnya dia ingin melakukan pendekatan perlahan pada Dodit, lalu mencari cara untuk menemukan kelemahannya.Namun, sekarang ....Kata-kata Lia membuatnya merasa terdesak.Jessica memutuskan untuk menemui Dodit lagi besok, mempercepat prosesnya, mencoba segala cara untuk mengorek sesuatu dari mulutnya.Misalnya ... dengan hipnosis.Jessica menyipitkan matanya. Wajah kecilnya yang dingin menjadi sedikit lebih ganas.Jangan lupa bahwa profesinya adalah seorang psikolog.Dalam sekejap mata, hari berikutnya tiba.Jessica kembali ke klinik, berencana mengambil beberapa alat yang diperlukan untuk melakukan hipnosis.Dia sudah merapikan barang-barangnya, hendak berbalik pergi. Namun, pada saat itu terdengar suara langkah kaki di depan pintu.Jessica mengangkat kepala, melihat sosok yang tidak asing sedang berjalan ke arahnya."Dokter Jessica, aku datang untuk berobat lagi."Reza menggosok tangannya, lalu tersenyum dengan sed

"Sekarang kamu boleh pergi."Seorang petugas berseragam itu masuk sambil menjelaskan, "Setelah melakukan identifikasi forensik, Dodit meninggal dua jam yang lalu, jadi kamu masih punya alibi."Saat itu, Jessica masih di kliniknya dan ada banyak orang yang bisa menjadi saksinya. Karena itu, dia tidak mungkin membunuh siapa pun.Satu-satunya yang disayangkan adalah kamera pengawas di kompleks itu kebetulan diputus. Pembunuhnya tidak meninggalkan sidik jari, jadi penyelidikannya masih perlu dilanjutkan.Jessica mengangguk, kakinya agak lemas saat dia berdiri dan tubuhnya juga ikut terhuyung.Melihat ini, Calvin segera mengulurkan tangan untuk membantunya."Kamu nggak apa-apa?""Nggak apa-apa."Wajah Jessica tampak pucat. Ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan adegan kematian. Setelah melepaskan beban di hatinya, yang tersisa hanyalah rasa takut.Tatapan Calvin makin serius. Dia tiba-tiba berjongkok, menggendongnya seperti 'memeluk putri', lalu berjalan keluar.Jessica menjerit tertaha

Jessica bergumam pelan, menundukkan kepalanya sambil menyentuh kepala kecil Ricky.Ricky mengangkat dagunya, lalu segera memperkenalkan teman-teman barunya, "Ini ibuku."Suara-suara polos anak-anak segera terdengar di sekitar."Ibumu sangat cantik, kelihatan seperti kakakmu!""Aku juga mau punya peri yang menjadi ibuku."Mendengar pujian-pujian itu, ekspresi Ricky menjadi makin bangga, seolah-olah dirinya yang sedang dipuji.Wajah Jessica agak merona merah.Saat itu, ada sosok kecil yang dikenalnya berlari mendekat."Dokter Jessica!"Jessica menunduk dan melihat keluarga Reno. Setelah beberapa kali melakukan konsultasi, Dave sekarang bisa berinteraksi dengan dunia luar.Mungkin karena Jessica yang merawatnya, anak itu menjadi sangat bergantung dan percaya pada Jessica.Tessa tersenyum seraya berkata, "Dave baru saja bilang kalau dia ingin bertemu denganmu."Dave mengangguk dengan yakin."Benar sekali. Aku menggambar sesuatu untuk Dokter Jessica.""Kalau begitu, aku pasti akan pergi mel