All Chapters of Bukan Mantan Biasa: Chapter 521 - Chapter 530

Tatapan Raka semakin dalam. Jakun di lehernya sedikit bergerak, tapi akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa. Meski begitu, kopi itu benar-benar dia bawa pergi.Pintu ruang kerja Brielle tertutup rapat. Dia berdiri di depan meja kerjanya, menggertakkan gigi dengan marah. "Berengsek," umpatnya pelan.Namun tak lama kemudian, Brielle menarik napas dalam-dalam dan menepuk pipinya dengan kuat. Dia masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan, tidak ada waktu atau tenaga untuk dihabiskan pada hal-hal sepele seperti ini.Ketika Brielle kembali dari melakukan pemeriksaan pasien, di atas mejanya sudah ada sekantong kopi take-away. Dari bungkusnya, jelas itu berasal dari kafe langganan. Bungkusan itu masih tertutup rapat.Brielle tahu itu pasti dikirim oleh Raka lewat seseorang. Dia mengulurkan tangan, berniat langsung membuangnya ke tempat sampah. Namun ketika teringat bahwa dia masih harus bekerja hingga pukul sepuluh malam, pikirannya berubah. Dia memang butuh kopi untuk tetap fokus.Jemari B

[ Sepertinya Raka sedang kena masalah. ]Brielle tertegun sejenak, lalu membuka tautan yang dikirim. Judul berita itu sangat mencolok.[ Grup Pramudita membantu Grup Datau untuk melantai di bursa, diduga terlibat suap terhadap lembaga pengawas. ]Brielle mengerutkan kening. Dalam hati, dia hanya bisa berkata, Raka memang pantas mendapatkannya.Syahira mengirimkan sebuah pesan lagi.[ Aku boleh mampus nggak? ]Brielle membalas singkat.[ Nggak salah kok kamu maki dia begitu. ][ Syahira: Reputasi Declan di dunia bisnis itu sudah busuk dari dulu. Kalau Raka masih mau bantu dia go public, berarti sama saja bunuh diri. Sekarang dia ikut terseret, lihat saja gimana nanti dia keluar dari masalah ini. ]Brielle menatap layar ponselnya sebentar, membaca isi berita dengan teliti. Dari cara pemberitaannya, terlihat jelas kalau beberapa media sengaja menggali skandal lama milik perusahaan Declan untuk menjatuhkan Raka. Mungkin juga ini ulah lawan bisnis yang sedang menunggu kesempatan menyerang.

Hati Nanik terasa hangat. Brielle memang gadis yang tahu cara menghargai orang lain."Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu, ya. Jangan lupa makan yang banyak," ujar Nanik sambil tersenyum lalu berjalan keluar.Memang, siang itu Brielle belum sempat makan banyak. Saat sedang menikmati kue yang dibawa Nanik, terdengar suara terkejut dari luar pintu. "Pak Raka? Anda mencari Brielle?"Itu suara Zondi."Nggak." Suara berat dan datar Raka menyusul sesaat kemudian.Zondi memandang heran saat melihat Raka berbalik dan pergi begitu saja. Dia membawa berkas masuk ke ruang Brielle."Barusan Pak Raka mencarimu, ya? Ada urusan apa?" tanya Zondi penasaran.Brielle sama sekali tidak tahu kalau Raka sempat berdiri di depan pintu. Dia menggeleng. "Nggak tahu. Ayo, coba ini, enak banget.""Wah, wanginya sedap!" kata Zondi sambil mengambil dua potong kue dan melangkah keluar sambil tersenyum.Brielle kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Savana.[ Terima kasih atas sup dan kuenya, Bibi.

Brielle ditempatkan di penginapan milik Universitas Medis Militer Kyoza. Semua sudah diatur dengan sangat rapi dan tertib.Begitu tiba di rumah sakit yang berada di bawah naungan universitas itu, Brielle menerima sambutan yang belum pernah dia alami sebelumnya. Bahkan sang direktur rumah sakit turun langsung untuk menemuinya, bersama beberapa pakar medis. Seorang gadis muda juga datang membawa sebuket bunga untuknya.Brielle sempat merasa canggung. Dia selalu berusaha menjaga sikap rendah hati, jadi perlakuan semeriah ini justru membuatnya agak kikuk."Brielle, aku ini dulu adik tingkat ayahmu. Mungkin dia nggak pernah menyebut namaku, tapi dulu waktu kuliah, kami sering main sepak bola sama-sama," kata Teguh sambil tertawa lebar.Brielle menunduk hormat. "Selamat siang, Pak Teguh. Ayahku memang jarang bercerita tentang masa kuliahnya."Teguh tersenyum dengan nada bernostalgia. "Ayahmu dulu itu bintang kampus kami! Nggak disangka, putrinya juga sehebat ini, masih muda tapi sudah berpre

Brielle menggandeng tangan putrinya dan berkata kepada Raka, "Kamu lanjutkan pekerjaanmu! Anya ikut dengan aku."Anya bertanya dengan kaget, "Mama, kita nggak makan bersama Papa?"Brielle tersenyum lembut pada putrinya, "Nanti Mama ajak kamu jalan-jalan ke pusat kota, mau?""Tapi ... tapi aku ingin main sama Papa dan Mama." Anya mengedipkan mata besarnya, di hatinya dia berharap bisa merayakan hari spesial ini bersama kedua orang tuanya. Raka mengernyitkan kening dan menatap Brielle.Brielle menunduk memandang putrinya. Melihat raut wajah kecil itu yang tampak kecewa, hatinya ikut tersentuh. Hari ini adalah hari untuk berkumpul bersama keluarga, mungkin Anya juga merasakan suasana itu, jadi dia sangat berharap mereka bisa makan bersama.Melihat tatapan cemas putrinya dan khawatir penolakannya membuat Anya sedih, hati Brielle terasa perih. "Baik, kita makan malam bersama."Anya melonjak senang, "Yey! Aku akhirnya bisa merayakan hari ini bersama Papa dan Mama!"Raka memesan restoran di p