"Satu, dua, tiga..." Ketika bunyi pluit dinyalakan, saat itu pula gemuruh sorakan terdengar. Anak-anak saling serang, melemparkan bantal, berusaha menjatuhkan satu sama lain. Mama sudah berteriak-teriak heboh, sebab sepertinya Benji adalah cucu favoritnya, teriakannya persis di samping telinga Shea, sehingga Shea merasa tuli. "Santai aja, Ma," sindirnya. "Dia malah bergelantungan di batang kayu. Haduh, nggak ada yang bisa menang ini." Mama balas meengomel, beliau tampak modis, mengenakan topi pantai dan kacamata hitam seperti sedang berlibur. Shea mendecapkan lidah. Pandangannya justru tertarik ke pinggir sungai, di mana Jerikho sedang duduk, sibuk entah melakukan apa bersama bapak-bapak. Kehadirannya praktis seperti orang penting. Tapi yang menarik perhatian Shea adalah di belakang Jerikho ada beberapa gadis desa, yang Shea tahu betul seumuran dengannya, berdiri terlampau dekat sambil sesekali mengajaknya mengobrol. Shea mungkin akan masa bodo, tapi Jerikho meladeni mereka se
Last Updated : 2025-09-12 Read more