All Chapters of PEMBALASAN DENDAM ZENITH: Chapter 51 - Chapter 60

Dengan rasa takut yang mencekik, Matteo menelan ludah. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya yang beruban. Di hadapannya berdiri seorang Tuan Muda Atremides—sebuah nama yang bisa meruntuhkan seluruh hidupnya dengan satu panggilan telepon. Tapi di sampingnya, berdiri seorang pemuda misterius yang dengan tenang membela sebuah prinsip, dan tatapan matanya yang dingin entah kenapa terasa lebih menakutkan daripada ancaman terang-terangan Wavin. Keberanian pemuda itu seolah menular, mengingatkan Matteo pada sumpahnya sebagai anggota serikat pedagang antik Kuskus. Ia menarik napas dalam-dalam, menegakkan punggungnya yang biasanya sedikit bungkuk, menemukan kembali harga dirinya yang telah lama terpendam. "Dengan segala hormat, Tuan Muda Atremides," kata Matteo, suaranya yang tadinya gemetar kini terdengar jelas dan tegas. "Di distrik Kuskus ini, ada hukum yang lebih tua dari kekuasaan keluarga mana pun. Itu adalah hukum kehormatan di antara para kolektor sejati." Ia menatap Wavin tan

Clive membelakangi Wavin dan Aurora Atremides yang masih terpaku. Aurora merasakan getaran aneh di hatinya. Pemuda dari keluarga Zenith yang telah lama hilang itu... ia baru saja mempermalukan sepupunya yang angkuh dengan cara yang tak terduga, bukan dengan kekerasan, tapi dengan pengetahuan. Ia tidak hanya tampan dan berkharisma, tapi juga sangat kuat, misterius, dan murah hati. Saat Aurora tersadar dari lamunannya dan berniat untuk mengejar Clive, sosoknya telah lenyap, ditelan oleh puluhan orang yang berkumpul di depan toko barang antik itu. Aurora merasakan sedikit kekecewaan yang aneh di dalam hatinya, sebuah keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang pria misterius dari Rose Valley itu.Clive sendiri sudah berada di dalam taksi maglev, meluncur tanpa suara meninggalkan distrik Kuskus. Ia kembali ke Hotel Imperial Palace. Begitu tiba di dalam keheningan Presidential Suite-nya yang luas, ia segera mengeluarkan benda yang baru saja ia dapatkan. Ia meletakkan potonga

Pintu ganda dari kayu eboni yang diukir dengan lambang Keluarga Blackwood terbuka tanpa suara, menampakkan pemandangan yang membuat napas tertahan. Aula pelelangan utama Blackwood Sport Center bukanlah sebuah ruangan, melainkan sebuah katedral yang didedikasikan untuk kekayaan dan kekuasaan. Ukurannya dua kali lebih luas dari aula perjamuan tadi, dengan langit-langit berkubah tinggi yang dihiasi lukisan konstelasi bintang yang bersinar redup. Ratusan kursi beludru berwarna merah tua tersusun dalam tingkatan-tingkatan semi-melingkar, semuanya menghadap ke sebuah panggung mahoni raksasa yang masih tertutup oleh tirai sutra hitam yang menjulang tinggi. Udara di dalamnya terasa kental dengan aroma parfum mahal, kayu tua, dan antisipasi yang tajam. Clive, Dr. Liu Fang, dan Mei Lin diantar oleh seorang pelayan ke salah satu balkon VIP pribadi di tingkat dua, memberikan mereka pemandangan yang sempurna ke seluruh penjuru aula. "Luar biasa," gumam Mei Lin, mata

Aula pelelangan utama Blackwood yang megah dan bergema itu tiba-tiba menjadi sunyi senyap. Seratus juta Dollar Ravelinz. Angka itu menggantung di udara seperti pedang, memotong semua bisikan dan spekulasi. Suasana yang tadinya penuh dengan obrolan sopan kini terasa tegang, sarat dengan keserakahan dan ambisi yang tak terucapkan. Para bangsawan, pebisnis elite, dan kolektor langka yang hadir malam itu menoleh satu sama lain, saling bertukar pandang penuh keterkejutan dan gairah yang menyala-nyala.Di deretan balkon VIP, Dr. Liu Fang baru saja kembali ke tempat duduknya setelah pemeriksaannya yang menggemparkan. Ia menghela napas panjang, masih merasakan getaran energi murni dari artefak kehidupan itu."Kakek… apa Kakek benar-benar yakin ginseng itu berusia enam ratus lima puluh tahun?" bisik Mei Lin, matanya yang besar masih membelalak tak percaya menatap panggung.Dr. Liu Fang mengangguk pelan, matanya yang tua bersinar dengan kekaguman seorang ahli. "Aku

Palu terakhir telah diketuk. Udara di dalam aula pelelangan yang tadinya tegang kini dipenuhi oleh gelombang bisik-bisik dan tatapan mata yang tak terhitung jumlahnya, semuanya mengarah ke satu titik: balkon VIP tempat sang pemenang yang tak terduga, Clive Zenith, duduk dengan tenang. Pertarungan finansial dan psikologis itu telah berakhir, meninggalkan gema kemenangan bagi satu pihak dan penghinaan publik bagi pihak lainnya.Saat para tamu mulai beranjak dari kursi mereka, Clive, Dr. Liu Fang, dan Mei Lin tetap duduk sejenak, membiarkan keramaian mereda."Satu setengah miliar," gumam Dr. Fang sambil menggelengkan kepalanya, masih tak percaya. "Aku sudah hidup selama delapan puluh tahun, Nak. Aku sudah melihat para kaisar dan para tiran. Tapi aku belum pernah melihat seorang pemuda membakar uang sebanyak itu hanya untuk membungkam seorang dari keluarga Leiva. Kau benar-benar gila."Clive tersenyum tipis. "Itu bukan hanya untuk membungkamnya, Dokter. Itu ad