All Chapters of Di Jual Suami Jadi Pemuas Pria Kaya: Chapter 31 - Chapter 40

Aku memberontak dan berusaha sekuat tenaga meloloskan tanganku. Sampai pada pemberontak terakhir, aku berhasil menendangnya. Dion terjatuh kesamping lalu memandangku dengan rona wajah yang memerah, rasa takut kini menjalari tubuhku. Aku menggigil. Ku lihat pria itu bangkit, bergerak mendekatiku dan dengan kasarnya menjambak rambutku hingga kepalaku mendongak keatas. "Menurutlah jika kau tidak mau aku memperlakukanmu dengan kasar!" Bentaknya kesal. Tatapan kedua matanya bukan lagi ada rasa kasihan tapi berubah menjadi dingin dan kejam. Aku tak menjawab, hanya merasakan sakitnya jambakan di rambutku. "Jawab!" Dion membentak lagi dan semakin menarik rambutku kasar. "Bukankah pernikahan ini hanya karena aku harus menebus hutang mantan suamiku padamu? Kenapa kau harus ikut juga menikmati tubuhku? Kita tidak pantas menjadi pasangan yang penuh kasih sayang Dion. Karena pada akhirnya kau akan menikah dan mencintai istrimu! Lalu bagaimana denganku? Bagaimana?" Aku langsung menetesk

Bu Mirna kembali ke ruang makan dengan wajah tanpa adanya rasa bersalah sedikitpun. Semua mata kini tertuju padanya, ruang makan itu kini sunyi dan hanya terdengar suara sendok beradu pada piring keramik. "Ma, apa mama yakin akan menghukumnya sampai tiga hari?" Tanya Melisa membuka percakapan. Wanita baya itu tersenyum senang. "Tentu saja, apa selama ini mama pernah bermain-main jika dalam urusan hukum menghukum?" Jawabnya kecil. "Aku sangat senang mendengarnya." "Tentu saja! Itulah hukuman untuk orang yang menentang Mirna." Sambung Mirna lagi dengan seringainya yang jahat. "Hem! Baiklah ma, semoga mama tidak menyesal." Dion menggerutu pelan. Setelah ucapan itu, kini semua mata tertuju padanya. Dion tersenyum sambil mengelap bibirnya. "Apa maksudmu?" Melisa mengerutkan kening. "Tidak apa-apa. Aku harus berangkat kekantor." Dion langsung berdiri. "Tapi, kamu belum selesai makan sayang." "Seleraku sudah hilang." "Dion, sarapan dulu bagaimana jika lambungmu kambuh. Kau harus

Setelah malam itu Dion membawaku kembali keruang bawah tanah, dia hanya tak ingin Mirna ibunya curiga jadi itulah jalan satu-satunya agar aku aman. Tiga hari berlalu, selama dua hari aku tak pernah melihat Dion. Ketika hal itu ku tanyakan pada salah satu pelayan, mereka bilang bahwa Dion pergi keluar negeri bersama Melisa.Di katakan cemburu tentu saja aku merasa cemburu, tapi aku sadar, aku tak pantas memiliki pemikiran seperti itu walaupun hanya sekedar merindukannya. Hubungan ini hanya sebatas penebus hutang, entahlah, mungkin saja sampai Dion bosan denganku atau bisa saja saat ini jika dia mau maka dia akan membuang ku layaknya sampah. Ketika memikirkannya hatiku seakan perih, aku juga berhak bahagia tapi bagaimana bisa aku lari darinya? Semua ini Awanlah penyebabnya, aku harus menemukannya dan membuat dia membayar semua penderitaan yang ku rasakan."Asti! Apa yang kau lakukan? Kau menumpahkan supnya!" Teriak Mbak Nunik panik ketika di lihatnya panci di atas kompor menguap dan

Di saat-saat seperti ini lambungku pun kambuh, perutku nyeri dan mual. Aku ingin muntah. Dan akhirnya unek-unek di perutku pun keluar, berulangkali aku memuntahkan cairan yang kuning pekat dan pahit. Kenapa saat di pasar tadi aku tak mati saja? Aku tak bisa menahannya hingga esok. Nyawaku seakan sudah di ujung tenggorokan.Ya Tuhan, kenapa aku bisa terjebak dalam situasi yang seperti ini bahkan memikirkannya pun aku tak mau. Aku ingin menangis? Tidak mungkin, bahkan airmataku sudah habis dan kering. Aku sudah seperti zombie yang sekarat!Tak lama setelah pikiranku tenggelam dan menunggu kapan malaikat Izrail akan mencabut nyawaku, sebuah langkah kaki terdengar dari luar. Aku ingin berteriak meminta tolong tapi suaraku seakan tertekan dan akhirnya aku hanya bisa berharap di dalam hati.Kreek!Terdengar pintu ruangan di buka. Aku senang tapi sosok itu bukan sosok yang kukenal, dia tinggi dan besar."Di--- apa itu kau?" Tanyaku yang hanya terdengar di telingaku saja.Sosok laki-laki itu

Aku tak menjawab, telingaku serasa panas mendengarnya entah kekuatan dari mana aku berusaha mengambil mangkuk itu tapi lagi-lagi Dion lebih pintar dariku, dia tersenyum sinis sambil menjauhkan semangkuk bubur itu."Dion, berikan padaku!""Tidak! Kau harus makan dari tanganku, dengar ya hari ini adalah hari keberuntungan bagimu dan tentu saja aku mau melayanimu karena besok ataupun lusa belum tentu nuraniku sebaik ini, jangan terlalu percaya diri semua ini kulakukan karena aku perduli pada pembantu di rumahku!" Jelasnya datar."Aku tidak butuh!""Oh ya? Coba saja kalau kau ingin mati.""Apa maksudmu.""Kau sangat keras kepala, terima bubur ini atau kulemparkan ke wajahmu!""Lempar saja itu lebih baik!" Kataku kesal."Makan!""Tidak!""Oh ya, jika kau menolak lagi jangan pernah menyesal karena kau bisa mengucapkan kata-kata itu, aku akan memperkosamu di ruangan ini.""Hentikan candaan bodohmu!""Kenapa kau keras kepala sekali sih." Dion segera meletakkan semangkuk bubur itu dan mulai me