All Chapters of Liontin Pemikat Hasrat: Chapter 11 - Chapter 20

Mona tanpa rasa sungkan menangalkan pakaiannya dan hanya mengenakan bikini berwarna pink di hadapan Aizar. Aizar mengigit kecil bibir bawahnya melihat keseksian tubuh gadis di hadapannya itu, begitu mengundang hasrat!“Lho, kok kamu malah bengong, Aizar... ayo buka pakaianmu, kita tidak punya banyak waktu” ucap Mona membuyarkan lamunan Aizar yang terus memandanginya.“I-iya, masuklah duluan...” balas Aizar, kemudian mulai membuka pakaiannya.Mona yang sudah berendam dalam jacuzzi memperhatikan lelaki di hadapannya sedang membuka satu per satu pakaiannya, ia tampak terpesona saat melihat perut sixpack Aizar, apalagi saat Aizar menanggalkan celana panjangnya, ia langsung menundukan pandangan. Detik berikutnya Aizar masuk ke dalam bak besar, duduk di dalam air di seberang Mona saling berhadapan. “Mengapa airnya harus ditaruh bunga-bunga?” tanya Aizar memulai obrolan.“Terapi untuk tubuh agar tetap bugar, sebenarnya selain bunga-bunga airnya juga dicampur dengan bahan herbal,” jelas Mo

“Ada apa nih, bisik-bisik...!” tiba-tiba Mona datang menghampiri Aizar dan Alya, membuat keduanya sangat terkejut. “Ng-nggak apa-apa, Bu Mona... tadi cuma merapikan foundation di pipi Aizar saja,” jelas Alya beralasan.“Jangan diajak ngobrol terus Aizar-nya, jadi lama selesainya pekerjaanmu,” ujar Mona dengan tegas, Alya pun mengiyakan.Alya melanjutkan kerjanya setelah Mona pergi. Kini giliran ia memberikan lip balm pada bibir Aizar.“Siapa ya wanita yang beruntung bisa mendapat ciuman dari bibirmu yang merah ini?” ujar Alya tanpa malu-malu mengatakannya langsung pada Aizar. “Siapa saja boleh asalkan wanita itu mau memberikan dirinya padaku,” balas Aizar sambil tersenyum nakal membuat hati Alya semakin mencair.“Kamu tinggal bilang saja kapan mau, aku akan memberikannya,” ucap Alya memberikan harapan pada Aizar. Aizar pun mengangguk-angguk tanda setuju, tapi tentu saja tidak malam ini, karena ia sudah ada rencana dengan Mona.Alya pun memberikan nomor telepon rumahnya pada Aizar,

“Selamat malam..., perkenalkan namaku Laras,” ucap seorang wanita menghampiri Aizar yang sedang duduk di pojok ruangan. “Aku manager di diskotik ini,” jelasnya.“Oh iya, namaku Aizar,” balas Aizar.“Kata Alya, kamu sedang mencari pekerjaan. Apa benar begitu?” tanya wanita bermake up tebal dan aruma parfumnya begitu wangi menusuk hidung itu.“I-ya, Bu... aku butuh pekerjaan, apa pun itu aku bisa melakukannya,” jawab Aizar.“Panggil aku Laras saja, tidak perlu memanggil Ibu,” jelas Laras. “Baiklah, kebetulan aku masih butuh orang di bagian bartender. Jadi, mulai besok kamu sudah mulai bekerja,” tambah Laras.“Baik Laras, besok aku akan datang. Terima kasih banyak...” ucap Aizar sambil membungkukan badannya.“Berterima kasih juga pada Alya, karena dia yang telah merekomendasikan kamu bekerja di sini. Hari ini silakan bersenang-senang saja, anggaplah dirimu sebagai tamu,” ujar Laras sebelum pergi meninggalkan Aizar.Detik itu, Aizar merasa menemukan dunia baru yang selama ini tak pernah

Selesai makan mi instant dan menandaskan teh hangat, Aizar kembali masuk ke dalam kamar. Ia langsung menutup pintu, lalu naik ke atas tempat tidur yang bersih dan empuk. Setelah beberapa menit terbaring, Aizar tetap tak bisa memejamkan mata. Pikirannya terus menyala, bahkan tubuhnya terasa panas, perlahan-lahan ia pun menyadari bagian bawahnya telah menegang kembali.“Kenapa ini? Apakah karena beberapa hari ini aku selalu berhubungan dengan para wanita hingga aku mudah birahi?” gumam Aizar sambil memasukan tangan kirinya ke dalam celana.Beberapa menit berlalu, Aizar tetap saja belum bisa memejamkan mata, bahkan desakan hasrat dalam dirinya terasa kian besar, membuat tubuhnya terasa gerah walaupun di dalam kamar itu sudah ada kipas angin.Detik berikutnya, Aizar bangun dari tempat tidur, lalu membuka pintu keluar kamar tidur menuju kamar mandi yang berada di samping dapur. Saat melalui kamar Laras, tampak pintu kamarnya sedikit terbuka, sehingga mengusik hati Aizar tengah birahi untu

Setelah turun dari bus, Aizar dan Selina berjalan beriringan menuju pabrik elektronik yang diduga milik keluarga besar Aizar. “Jadi setiap hari kamu harus naik bus selama 1 jam, terus berjalan kaki menuju ke tempat kerjamu?”“Tidak, aku indekos tidak jauh dari tempatku bekerja, tapi saat libur seminggu sekali aku pulang ke rumah keluargaku di pusat kota,” jelas Selina tampak bersemangat melangkah di samping Aizar.“Oh, jadi ini kamu baru saja pulang dari rumah dan langsung pergi bekerja,” tegas Aizar, Selina pun mengiyakan.“Kalau boleh tahu kamu ada keperluan apa ke pabrik Shine? Apa mau cari lowongan kerja?” tanya Selina sambil terus berjalan untuk menunjukan jalan menuju tempat yang dituju Aizar.“Tidak, aku mau bertemu seseorang di sana,” jelas Aizar.“Ketemu teman atau...” ujar Selina terhenti.“Iya, temanku bekerja di sana,” jelas Aizar beralasan.Sesampainya di depan pabrik Shine, tampak tempat itu dipenuhi para pekerja yang sedang antre untuk mulai masuk bekerja. Di depan pin