บททั้งหมดของ Liontin Pemikat Hasrat: บทที่ 21 - บทที่ 30

Suara petir terdengar menggelegar di luar rumah, gemercik hujan pun mulai turun dengan deras, namun Selina belum juga kembali. Aizar yang masih meringkuk di dalam selimut merasa khawatir, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya kian terasa panas dingin.Krekk! Pintu indekos pun terbuka, Selina akhirnya datang dengan tubuh sedikit basah karena terkena terpaan hujan yang turun dengan lebat. “Aku sudah dapat jahenya,” ucap Selina sambil mengacungkan plastik hitam berisi air jahe hangat yang dibawanya. Aizar merasa berhutang budi pada Selina yang telah rela menolongnya.Selina segera menuang air jahe hangat ke dalam gelas, lalu menghampiri Aizar untuk memberikannya.“Minumlah...” ucap Selina menyodorkan gelas di tangannya pada Aizar yang kini sudah duduk di hadapannya. Tanpa berkata apa-apa, Aizar pun meminum segelas air jahe itu hingga tandas. Lalu, ia berbaring kembali.“Semoga cepat turun ya demamnya,” ujar Selina sambil mengelus lembut rambut Aizar. Detik itu, Aizar bisa

Aizar menjelaskan kalau dirinya merasa pernah bersekolah di sekolah Taman Kanak-Kanak Mutiara. Tapi, untuk memastikan, ia meminta kepala sekolah untuk melihat arsip sekolah itu pada 18 tahun silam. Informasi itu sangat ia perlukan untuk melacak keberadaan keluarganya.“Boleh saja akan saya carikan datanya, tapi agak lama sedikit nggak apa-apa kan, Pak? Saya harus menghubungi hubungi ibu saya dulu untuk datang ke sekolah, kebetulan rumah kami dekat saja, hanya di sebelah sekolah ini,” jelas kepala sekolah muda itu. Aizar pun diminta menunggu di luar ruangan. Sambil berjalan-jalan melihat-lihat dari dekat setiap sudut sekolah itu, mulai dari kelas-kelas dan juga halaman bermain. Lama kelamaan berdiri di tempat tu ia pun makin merasakan ada ikatan batin dengan sekolah itu, bahkan keyakinannya pernah bersekolah di tempat itu sepetinya tidak akan terbantahkan.“Permisi...” suara seorang wanita yang datang menyapa, mengusik lamunan Aizar. Saat Aizar membalikan tubuh, di hadapannya sudah be

Krekkk...! pintu gerbang rumah mewah itu perlahan terbuka, Aizar merasa terkejut karena yang muncul dari balik pintu adalah gadis bermata sipit yang tadi memarahi dirinya. “Hei gembel...! Berani-beraninya kamu yang mengaku-ngaku sebagai anggota keluargaku?” tegas gadis itu sambil bertolak pinggang dengan angkuh di hadapan Aizar. “Kalau mau bicara itu pakai otak! Atau, jangan-jangan kamu nggak punya otak ya?” tambah gadis itu memaki Aizar lagi.“Terserah kamu mau ngomong apa. Tapi, aku tidak sedang berbohong. Aku punya bukti-bukti kalau aku bagian dari keluarga Prambudi, aku anak dari Ibu Cempaka,” balas Aizar ingin menegaskan kalau ia tidak sedang mengarang cerita.“Sudah berbohong masih saja tidak mau mengaku. Dengar ya baik-baik lelaki gembel... Cempaka itu adalah ibuku, dan aku adalah putri tunggalnya. Puas kamu mau menipu aku?” tegas gadis itu sambil membulatkan matanya lebar-lebar.Detik itu Aizar menduga kalau gadis itu dalah adik kandungnya yang lahir setelah ia pergi ke pedal

Setelah melepaskan kerinduan pada Aizar, Ariyanti lalu menanyakan pada cucu kesayangannya itu kejadian 18 tahun silam. Aizar pun menjelaskan kalau ketika itu ia dibawa ayahnya ke kabupaten ke rumah saudara ayahnya, lalu karena sang ayah menjadi buronan polisi, Aizar dititipkan pada keluarga saudaranya itu sebagai anak angkat...“Sekarang ayahmu itu berada di mana?” tanya Ariyanti.“Entahlah, Nek, beberapa tahun terakhir, Ayah tidak pernah datang menemuiku. Aizar sudah mencarinya, tapi tidak bertemu,” jelas Aizar.“Lupakan saja dia. Mungkin ayahmu itu sudah mati membawa dosa-doanya,” ucap Ariyanti dengan penuh emosional.“Sudahlah Mih, semua masa lalu itu tidak perlu diingat lagi, Nak, yang penting sekarang kamu sudah kembali dan kita bisa berkumpul kembali di rumah ini sebagai satu keluarga,” jelas Cempaka angkat bicara sambil mengelus bahu Aizar.“Iya Aizar, kehadiranmu sangat dinanti-nantikan keluarga ini karena kamu adalah pewaris utama keluarga besar Prambudi,” jelas Ariyanti den

Aizar membaringkan tubuh di kasur empuk di dalam kamar barunya. Sambil menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, ia mulai bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan setelah ini? Apa harus tetap menuruti keinginan ayah untuk menjaga Mama? Padahal kenyataannya kini sang mama telah memiliki seorang suami dan juga seorang anak, sudah pasti tanpa kehadirannya pun mamanya akan baik-baik saja.Setelah merenung cukup lama dan mempertimbangkan banyak hal, Aizar memutuskan untuk menjalani kehidupannya sebagai bagian dari keluarga besar Prambudi. Ia berpikir akan menjadi pengalaman baru baginya menjadi anak dari keluarga seorang miliarder. Berbanding terbalik dari kehidupan sebelumnya, ia hanya seorang lelaki yang tinggal di dusun pedalaman dan hidup dalam kemiskinan.Detik itu, Aizar tiba-tiba teringat Selina. Ia belum berpamitan dengan gadis baik hati yang telah menolongnya itu.***Saat tiba waktu makan siang, Debby baru keluar dari kamar setelah dipaksa oleh Cempaka. Ia belum bisa mener