Selain itu, Kaivan tidak percaya mereka adalah preman sungguhan. Mereka malah bisa menghalangi mobil Kaivan dengan begitu tepat?“Kai, kalau luka di wajahmu nggak diobati, besok pasti akan semakin parah lagi. Aku akan pergi setelah obati lukamu ya?”Kaivan memalingkan kepalanya untuk menatap Lesya. Saat dia menatap sepasang mata berlinang-linang Lesya, pada akhirnya hatinya pun menjadi luluh.“Baik.”Ketika melihat Kaivan telah setuju, Lesya segera berjalan ke hadapannya, lalu mulai membersihkan lukanya dengan menggunakan antiseptik. Selesai membersihkan luka, Lesya mulai mengoleskan antiseptik.Gerakan Lesya sangat pelan, tetapi Kaivan masih saja mengernyitkan keningnya lantaran kesakitan.“Maaf, aku akan lebih pelan lagi.”Kaivan menggenggam tangan Lesya, mengambil kapas pentul dari tangannya, kemudian berkata dengan suara lembut, “Biar aku sendiri saja.”Lesya menurunkan kelopak matanya. Raut wajahnya kelihatan agak sedih. “Kai, maaf, aku terlalu bodoh.”Kening Kaivan berkerut. Dia
Read more