All Chapters of Jatuh Bangun sang Pengacara Cantik: Chapter 61 - Chapter 70

Adeline tidak ingin berhubungan dengan mereka. Dia menghentikan langkahnya dan berniat memanggil staf toko di depan. Adeline ingin mengatakan nanti dia baru datang lagi.Namun, sebelum Adeline sempat bersuara, Lesya yang sedang mencoba cincin menyadari sesuatu. Dia melihat ke arah Adeline.Lesya menggenggam cincin dengan erat. Jarinya kesakitan karena menekan ujung cincin yang menonjol.Ucapan Zaid semalam muncul lagi di benak Lesya bagaikan sebatang jarum yang menusuk hatinya. Rasanya tidak terlalu sakit, tetapi membuatnya tidak nyaman.Lesya merasa dia hanya tidak memiliki latar belakang keluarga yang bagus seperti Adeline. Dia menganggap kelebihannya yang lain tidak kalah dari Adeline.Akan tetapi, teman Kaivan sangat meremehkan Lesya saat membicarakan tentangnya. Lesya akan membuktikan kepada semua orang dia tidak kalah dari Adeline.Lesya menunduk dan segera menenangkan dirinya. Dia menyapa sembari tersenyum, "Bu Adeline, kebetulan sekali. Kamu juga datang untuk membeli cincin?"K

Adeline terkejut karena minggu lalu pembicaraan mereka sangat lancar. Dia bertanya, "Bu Julia, apa ada yang kamu khawatirkan?"Adeline kenal dengan Zayn dari Firma Hukum Astin. Dia lebih mahir dalam kasus kriminal dan tidak terlalu mahir dalam kasus perceraian.Julia menjawab, "Setelah berbincang dengan Pak Zayn, aku merasa dia lebih cocok. Bu Adeline, maaf sudah menghabiskan waktumu. Aku masih ada urusan, sudah dulu ya."Sebelum Adeline sempat bicara, Julia sudah mengakhiri panggilan telepon. Adeline meletakkan ponselnya. Jika Julia sudah memutuskan untuk menyewa pengacara lain, tidak ada gunanya Adeline meneleponnya lagi.Tak lama setelah Adeline pulang, klien lain meneleponnya lagi untuk mengabari dia memutuskan untuk menyewa pengacara lain. Padahal sebelumnya pembicaraan mereka juga sangat lancar.Selama akhir pekan, sebagian besar klien yang sebelumnya merasa cocok dengan Adeline menghubunginya untuk mengabari mereka menyewa pengacara lain. Dulu situasi seperti ini tidak pernah te

Adeline memandang Kaivan dengan ekspresi datar. Sementara itu, Kaivan merasa tidak nyaman saat melihat tatapan Adeline yang tenang. Seperti ada sesuatu yang perlahan menghilang, tetapi Kaivan tidak bisa meraihnya.Ekspresi Kaivan berubah drastis dan kedua tangannya yang diletakkan di atas meja dikepalkan dengan erat. Adeline tidak memperhatikan perubahan Kaivan. Namun, dia juga tidak peduli kalaupun memperhatikannya.Adeline berkata, "Kalau kamu berpikiran seperti ini, sekarang aku tegaskan padamu. Kaivan, aku lebih memilih menikah dengan orang asing di jalanan dan nggak mungkin kembali ke sisimu lagi!""Adeline!" bentak Kaivan. Ekspresi sangat muram. Dia menambahkan sambil menatap Adeline dengan dingin, "Kalau berani, ulangi perkataanmu lagi!"Adeline menimpali, "Kalau kamu suka dengar, aku bisa rekam suaraku dan kirimkan kepadamu. Jadi, kamu bisa mendengarnya ulang-ulang setiap hari."Setelah Adeline melontarkan ucapannya, sebuah cangkir dilemparkan ke dekat kakinya. Cangkir itu peca

Henry yang kembali setelah membeli air melihat Adeline memandangi keluarga di samping sambil termenung. Dia menghampiri Adeline, lalu memberikan sebotol air kepadanya dan bertanya, "Kak Adeline, kamu juga mau makan es krim?"Jika Henry tidak salah lihat, tadi Adeline terus melihat es krim di tangan anak perempuan itu. Adeline mengambil botol air dan menyahut, "Nggak. Aku cuma merasa anak perempuan itu sangat menggemaskan."Henry bertanya lagi, "Apa nggak ada yang pernah bilang kamu juga menggemaskan?"Adeline memandang Henry dan menjawab, "Nggak. Orang lain cuma sering menilaiku profesional dan cekatan. Oh iya. Orang yang kalah di persidangan bilang aku pandai berdebat."Henry menanggapi, "Penilaian mereka sangat benar."Adeline menimpali, "Sudahlah. Sebentar lagi sore. Ayo kita pulang.""Oke," sahut Henry.Keduanya keluar dari taman bermain. Setelah naik ke mobil, Adeline melihat Henry dan berucap, "Henry, terima kasih. Sekarang suasana hatiku sudah membaik."Henry membalas, "Nggak us

Semua orang penasaran dengan identitas Adeline. Namun, ekspresi 3 orang tampak muram. Sudah jelas suasana hati mereka sangat buruk. Mereka adalah Lesya, Kaivan, dan Bella.Bella terus memandang ke arah Adeline pergi. Ekspresinya menunjukkan dia sangat marah dan tidak rela. Bella akan mengingat masalah hari ini!Setelah Ichsan meninggalkan taman bunga, dia langsung pergi ke ruang tamu di lantai 2 vila. Ichsan membuka pintu dan berjalan ke balkon.Terdapat sebuah meja dan 2 kursi di balkon. Seorang pria yang memakai setelan jas abu-abu duduk di kursi bagian kanan. Rambutnya hitam dan matanya jernih. Auranya dingin, kedua kakinya yang jenjang sangat mencolok.Ichsan duduk di seberang pria itu dan berujar, "Sudah beres. Tapi, matamu jeli sekali. Padahal begitu jauh. Kamu tetap bisa mengenali Adeline .... Tunggu, bagaimana kamu bisa mengenal Adeline?"Ichsan memandang Petra sembari mengernyit. Kalau dia tidak salah ingat, Petra tidak pernah bertemu dengan Adeline. Kenapa tadi Petra bisa men