Irwan berdeham pelan, menarik perhatian kembali padanya. "Ya, Pak. Silakan. Bapak perlu istirahat." Ada jeda sesaat yang terasa berat sebelum Irwan menambahkan, suaranya datar namun menusuk, penuh arti yang hanya mereka bertiga pahami, "Programnya... sudah selesai juga kan?" Kata 'program' menggema di ruangan seperti sebuah tuduhan. Pipi Maya memanas seketika. Dia menunduk dalam-dalam, menatap pola abstrak marmer meja, berharap bisa menghilang. Rasa malu dan jejak kenikmatan terlarang terasa membakar kulitnya. "Terima kasih, Pak, Bu. Pak Karyo mengangguk singkat, masih menunduk. "Saya sudah beli tiket kereta ekonomi untuk besok pagi." "Tentu saja, Pak," Maya mengangguk cepat, ingin percakapan ini segera berakhir. Pak Karyo membungkuk sedikit, sebuah gestur hormat yang terasa dipaksakan, sebelum mundur perlahan dan menghilang kembali ke dunianya di belakang rumah. Setelah dia pergi, Maya dan Irwan saling tatap dalam keheningan yang kini terasa lebih kosong, lebih berat, dan lebih d
Last Updated : 2025-09-26 Read more