"Mmmpph!" Maya terkejut, matanya terbelalak lebar. Rasa asin dan amis langsung memenuhi mulutnya. Dia mencoba mendorong pinggang Pak Karyo, tapi pria itu memegang kepalanya dengan satu tangan sementara tangan lainnya terus memainkan klitorisnya. Maya merasa terhina sekaligus bingung oleh sensasi baru ini. Dia, seorang eksekutif senior yang terbiasa memberi perintah, kini dipaksa melayani pembantunya dengan cara paling merendahkan. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. Namun anehnya, sensasi jari Pak Karyo di bawah sana terus mengirimkan gelombang kenikmatan yang membingungkan pikirannya. "Gitu, Bu... jilat aja pelan-pelan," Pak Karyo memberi instruksi, jarinya semakin cepat. "Rasanya nggak seburuk yang Bu Maya kira, kan?" Maya awalnya ingin muntah, tapi tubuhnya masih bereaksi terhadap rangsangan di klitorisnya. Pikirannya berkecamuk—antara rasa jijik, malu, marah, dan anehnya, sedikit rasa penasaran. Dia tidak pernah melakukan ini
Huling Na-update : 2025-08-19 Magbasa pa