Pak Karyo melangkah menuju cermin kecil di kamarnya, merapikan kemeja putih yang diberikan Bu Maya padanya. Jari-jarinya yang kasar mengancingkan kancing terakhir dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang, lebih keras dari biasanya. Malam ini berbeda. Bukan lagi di hotel dengan Bu Maya yang setengah sadar -kali ini mereka akan melakukannya di rumah, dengan Bu Maya yang sepenuhnya sadar. "Iki wes wayae, Karyo. Ojo gupuh." (Ini sudah saatnya, Karyo, Jangan gugup.) Dia berbisik pada bayangannya di cermin, menyisir rambutnya yang mulai beruban dengan jari-jarinya. Tangannya turun ke celananya, merasakan gundukan yang sudah mulai terbentuk hanya dengan membayangkan Bu Maya. Matanya yang indah, kulitnya yang halus, suara desahannya di hotel kemarin. "Sopo sing ngiro wong lanang koyo aku iso ngeloni wong wedok sugih koyo Bu Maya." (Siapa yang sangka lelaki seperti aku bisa dengan perempuan kaya seperti Bu Maya.) Senyum kecil muncul di wajahnya, tapi seketika hilang saat matanya terp
Last Updated : 2025-08-28 Read more