Hari kedua, Karyo mengajak Dani bermain di sungai kecil belakang rumah mereka. Dengan pancing bambu sederhana, mereka duduk di tepi sungai, menunggu ikan menggigit umpan."Bapak, kapan iwake metu?" (Bapak, kapan ikannya keluar?) tanya Dani tak sabar."Kudu sabar, Le. Mancing kuwi butuh kesabaran." (Harus sabar, Nak. Mancing itu butuh kesabaran.) Karyo mengacak rambut putranya dengan sayang.Saat ikan kecil akhirnya terpancing, Dani bersorak gembira. "Bapak! Delok! Aku entuk iwak!" (Bapak! Lihat! Aku dapat ikan!)Tawa riang putranya itu terekam dalam memori Karyo—sesuatu yang akan dia simpan selama bekerja di Jakarta nanti.Malam kedua, setelah Dani terlelap karena kelelahan bermain seharian, Karyo dan Ratih kembali memadu kasih. Kali ini, Karyo mendudukkan Ratih di pangkuannya, membuatnya menghadap cermin kecil retak di sudut kamar."Deloken, Dik. Awakmu ayu tenan." (Lihatlah, Dik. Kamu
Last Updated : 2025-10-07 Read more